Rabu, 16 Maret 2011

Penulisan Karya Ilmiah

PENGANTAR PENULISAN KARYA ILMIAH

1. Karakteristik Karya Ilmiah

Teknik Penulisan

— Sistematika

— Format

— Ejaan

Keterbacaan

— Materi Bahasa

— Struktur Paparan

Gagasan

— Proposisi

— Penalaran

— Argumen

Otensitas

— Sumber

— Referensi

Evidensi

2. Profil Kemampuan Menulis Karya Ilmiah

Mampu menerapkan: teknik penulisan

— Sistematika

— Format

— Ejaan

Mampu menyusun: keterbacaan

— Materi Bahasa

— Struktur Paparan

Mampu menyusun: gagasan

— Proposisi

— Penalaran

— Argumen

Mampu menemukan: otensitas

— Sumber

— Referensi

Evidensi

3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menemukan Masalah

Prinsip dasar penemuan masalah

what do i know about?

what am i interested in?

Permasalahan adalah subjek.

Permasalahan bukan sekedar konstelasi, tetapi pada

— construct,

— concept, dan

— variables

Penentuan permasalahan berdasar atas the

— criterion of interest,

— the economic criterion,

— the investigator’s ability, and

— the criterion uniqueness.

Permasalahan ada karena

    1. yang seharusnya dengan yang ada
    2. apa yang diperlukan dengan yang tersedia
    3. harapan dengan kenyataan

Beberapa teknik menemukan masalah dan menentukan topik tulisan keilmuan:

    1. eksplorasi fakta keilmuan dan atau kejadian sekitar
    2. eksplorasi isu-isu keilmuan aktual
    3. pemanfaatan informasi hasil membaca

4. Judul

Judul merupakan rumusan keseluruhan isi wacana dalam sebuah “formula” yang merupakan cerminan langsung dari tema dan seluruh pokok pikiran dalam wacana.

Kategori rumusan judul:

  1. formula eksistensial: substansi, fungsi, konteks
  2. formula fungsional: substansi, analogi, konteks, implementasi, aplikasi
  3. formula tematik: konteks, implikasi, aplikasi, historis, spesifikasi, latar
  4. formula klasifikatorik: relevansi substansi, relevansi aspek

Judul merupakan rumusan keseluruhan isi wacana dalam sebuah “formula” yang merupakan cerminan langsung dari tema dan seluruh pokok pikiran dalam wacana.

Kategori rumusan judul:

  1. Formula eksistensial: substansi, fungsi, konteks
  2. Formula fungsional: substansi, analogi, konteks, implementasi, aplikasi
  3. Formula tematik: konteks, implikasi, aplikasi, historis, spesifikasi, latar
  4. Formula klasifikatorik: relevansi substansi, relevansi aspek

5. Latar Belakang

1. Paradigma Latar Belakang

— Mengapa penulisan dilakukan?

— Apa latar belakang sosial budayanya?

— Bagaimana relevansi penulisan dengan subjek?

— Adakah penulisan sebelumnya?

— Adakah informasi yang relevan?

2. Area isi Uraian

— Paparan akan pentingnya judul

— Paparan akan bermanfaatnya judul

— Gambaran umum terhadap masalah yang dibahas

— Penegasan pada pembaca bahwa masalah yang dibahas memang penting dan perlu diketahui pembaca

3. Teknik Menguraikan Latar Belakang

— Telaah kasus negatif

— Telaah kasus positif dikaitkan dengan masalah tulisan

— Kutipan menarik dari opini pakar, slogan atau idiom tertentu dikaitkan dengan masalah yang akan dibahas

— Informasi familier bagi pembaca

4. Profil Latar Belakang

— Isu terkini terkait dengan topik

— Pendapat ahli/teori

— Pendapat umum

— Hasil penelitian

— Pertanyaan retorik

6. Asumsi dan Hipotesis

Paradigma

— asumsi merupakan landasan berpikir

— hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang harus diuji secara empirik

Tidak semua penulisan memerlukan asumsi dan hipotesis

Profil

— memiliki asumsi yang mendasar, baik asumsi faktual maupun konseptual

— memiliki hipotesis, baik dikemukakan secara formal atau secara alamiah

7. Ruang Lingkup

Paradigma ruang lingkup

merupakan konstelasi sistem

dapat difokuskan pada jaringan aspek/komponen subjek, variabel terpilih, atau konstruk dominan

Profil ruang lingkup

— mengidentifikasi masalah dengan akurat

— substansi masalah merupakan sebuah konstruk subjek

— ruang lingkup merupakan konstelasi variabel

— masalah dibatasi secara spesifik

Paradigma

— menjawab permasalahan melalui proyeksi hasil yang jelas

— menjawab ruang lingkup permasalahan

8. Tujuan Penulisan

Paradigma

— menjawab permasalahan melalui proyeksi hasil yang jelas

— menjawab ruang lingkup permasalahan

— tujuan harus realistik dan terukur (meassurable)

Profil

— menjawab masalah yang telah dirumuskan

— memiliki dasar asumsi dan hipotesis (jika diperlukan)

— menggambarkan hasil yang jelas

— ketercapaian tujuan realistis dan terukur

9. Manfaat Penulisan

Terkait dengan kegunaan dari hasil penelitian, baik untuk civitas akademik maupun masyarakat.

10. Asumsi dan Hipotesis

Paradigma

— asumsi merupakan landasan berpikir

— hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang harus diuji secara empirik

— tidak semua penulisan memerlukan asumsi dan hipotesis

Profil

— memiliki asumsi yang mendasar, baik asumsi faktual maupun konseptual

— memiliki hipotesis, baik dikemukakan secara formal atau secara alamiah

Bahasa Indonesia Keilmuan

PENGANTAR BAHASA INDONESIA KEILMUAN

Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik.

Mengapa bahasa dipelajari? Karena bahasa itu penting.

Pentingnya bahasa:

  1. sebagai alat komunikasi
  2. bahasa menunjukkan budaya
  3. bahasa menunjukkan keindahan

Kedudukan bahasa dapat dilihat pada

  1. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia (Ikrar Sumpah Pemuda 1928)
  2. …bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Undang-Undang Dasar 1945)

Ragam bahasa Indonesia terdiri dari

  1. daerah: logat, dialek (Jawa, Batak, Sunda, Bali, dll.)
  2. pendidikan formal > ragam baku:
    1. formal
    2. semiformal
    3. nonformal

Contoh ragam berpendidikan dibanding dengan kurang berpendidikan

à film > pilem

à fitnah > pitnah

à kompleks > komplek

  1. sikap penutur > langgam/gaya:
    1. dipengaruhi oleh umur, kedudukan, keakraban, permasalahan, tujuan
    2. suasana kaku, adab, dingin, hambar, hangat, akrab, santai
  2. sarana
    1. ragam lisan/ujaran
    2. ragam tulisan

Sejarah rgam baku berasal dari Bahasa Melayu tinggi awalnya banyak digunakan sebagai bahasa sekolah. Penggunaan bahasa Melayu tinggi menunjukkan gengsi dan kewibawaan. Bahasa ini sering dipakai oleh kaum berpendidikan yang kemudian menjadi pemuka berbagai bidang kehidupan.Dengan pengaruh di berbagai bidang kehidupan oleh kaum berpendidikan, bahasa Melayu tinggi akhirnya menjadi bahasa baku.

Proses pembakuan dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan dibantu oleh guru, pengembang ilmu di berbagai jenis lembaga pendidikan, pengasuh media massa, dan kalangan pembina umum. Hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia:

  1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
  2. Ejaan Republik/ Soewandi (1947-1972)
  3. Ejaan Yang Disempurnakan (mulai 16-8-1972

Sejarah Kamus Bahasa Indonesia:

  1. Kamus Umum BI (Poerwadarminta, 1952,1982)
  2. Kamus Besar BI (PPPB, 1988,1991)
  3. berturut-turut mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia hingga sekarang

Fungsi pembakuan:

1. pemersatu

2. pemberi kekhasan

3. pembawa kewibawaan

4. sebagai kerangka acuan

Fungsi pembakuan butir 1 hingga 3 merupakan fungsi simbolik. Sedangkan fungsi pembakuan butir 4 merupakan fungsi objektif.

Buku yang banyak memberikan pengaruh pandangan kebahasaan dikarang oleh

  1. Van Ophuijsen (1901)
  2. S.M. Zain (1942)
  3. Madong Loebis (1946)
  4. S.T. Alijahbana (1949)
  5. C.A. Mess (1951)
  6. Fokker (1951)
  7. Podjawijatna dan Zoetmulder (1955)
  8. Slametmuljana (1956, 1957)
  9. Gorys Keraf (1970)
  10. Poerwadarminta (1967)
  11. Samsuri (1971, 1978)
  12. M. Ramlan (1971,1980,1981)

Penggunaan bahasa Indonesia harus baik dan benar.

1. bahasa benar > mengikuti kaidah yang dibakukan

Contoh:

Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Besar dan berapa ongkosnya?

2. bahasa baik > mengikuti pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa

Contoh:

Ke Pasar Besar, berapa?

Bahasa indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar