SKRIPSIKU
ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP BERITA KRIMINAL PADA MEDIA MASSA CETAK TERBITAN PALEMBANG
Skripsi oleh
YENNI LIDYAWATI
Nomor Induk Mahasiswa 06033112015
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008
BAB I
1.1. Latar Belakang
Kehadiran media massa merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. media massa pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Alwasilah (1997:48) menyatakan, media massa dapat dianggap sebagai indikator kemajuan bangsa. Negara-negara maju dicirikan oleh banyak dan beragamnya media massa, serta keterlibatan masyarakat dengan media massa.
Saat ini para konsumen (masyarakat) sangat mudah untuk mendapatkan informasi dari media (cetak–non cetak), karena media mengemas setiap informasi (berita, hiburan, iklan, dan sebagainya) dengan menampilkan hal-hal yang dapat membuat para konsumennya mengikuti perilaku atau pun gaya yang mereka tampilkan, baik itu hal positif maupun negatif. Acara tersebut lebih mengarah terhadap para konsumen untuk lebih konsumtif, dan mengikuti perilaku mereka yang lebih menjurus ke arah perilaku anti sosial, seperti kekerasan, perkosaan, pornografi, sikap yang mengejek terhadap orang lain.
Marpaung (1996:45) mengemukakan, pengaruh media massa dalam pembentukan pendapat masyarakat sangat besar, karena generasi penerus merupakan tanggung jawab bersama, perlu kecermatan dalam menyajikan “sesuatu” untuk mencegah hal-hal yang mungkin mengarahkan remaja kepada perkembangan manusia tak berbudi.
Media massa merupakan jendela informasi yang dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat, dalam hal ini pembaca peristiwa yang bersifat komunikasi sosial. Oleh karena itulah media massa dari sudut manapun tidak mampu untuk bersikap netral, karena berada atas dua kepentingan yakni sebagai produsen dan penyampai informasi. Sebagai produsen, media massa harus dituntut memenuhi kepentingan dan kehausan informasi dari konsumen, sehingga unsur netral sulit untuk dipenuhi.
Widayanti (2005:1) menyatakan, media massa cetak dapat menjangkau komunikan yang jumlahnya cukup banyak dan lokasi yang luas tanpa terbatas ruang dan waktu. Sesuai dengan sarana yang dipakai, maka bahasa yang dipakai dalam media massa cetak adalah ragam bahasa jurnalistik.
Roger (dikutip oleh Eriyanto, 2005:1) mengemukakan, media bukanlah entitas yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok dominan.” Hal tersebut menggambarkan bahwa media memiliki kemungkinan besar dikuasai oleh kelompok berkuasa atau kelompok-kelompok yang memegang kekuasaan.
Brown dan Yule (1996:222) mengungkapkan, salah satu pendapat yang keliru yang tetap ada dalam analisis bahasa adalah bahwa kita memahami arti pesan bahasa hanya berdasarkan kata-kata dan struktur kalimat yang dipakai untuk pesan itu. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk mengetahui lebih rinci suatu wacana tidak hanya lewat kata atau kalimat. Untuk itulah analisis wacana kritis dibutuhkan.
Jenis media yang secara tradisional termasuk di dalam media massa adalah surat kabar atau koran. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. http://id.wikipedia.org/wiki/Koran
Salah satu topik yang ada dalam surat kabar adalah berita. Berita muncul dari suatu kegiatan yang terekam dalam benak manusia untuk disebarkan kepada manusia lain untuk mewujudkan komunikasi sosial. Menurut Aditya (2003:1) berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, tetapi lebih merupakan sesuatu yang diserap setelah peristiwa itu terjadi.
Menurut Wuryanta (2006:1) berita dalam kapasitasnya sebagai pembentuk dan dinamisator pengolahan interpretasi atas peristiwa manusia, menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan konstruk sosial. Berita, pada titik tertentu, sangat mempengaruhi manusia merumuskan pandangannya tentang dunia.
Purnomo (2007:3) mengemukakan, media massa terbitan Palembang merupakan subsistem dari politik media massa nasional ataupun global. Oleh sebab itu isi ataupun arah dari suatu surat kabar masih akan dipengaruhi kebijakan pemilik media massa itu sendiri, sehingga media massa terbitan daerah akan selalu berbenah diri untuk dapat memiliki standar nasional.
Dalam media massa terdapat ideologi yang tersembunyi dari pemikiran pemilik media, yang merupakan konsep sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Menurut Eriyanto (2001:13) hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya ada¬lah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi di antaranya menga¬takan bahwa idelogi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Menurut van Dijk dalam Eriyanto (2001:13) ideologi dapat menjelaskan fenomena apa yang disebut sebagai "kesa¬daran palsu", bagaimana kelompok dominan memanipulasi ideo¬logi kepada kelompok yang tidak dominan melalui kampanye disinformasi (seperti agama tertentu yang menyebabkan suatu kerusuhan, orang kulit hitam selalu bertindak kriminal), mela¬lui kontrol media, dan sebagainya. Hal tersebut menggambarkan ideologi mencangkup dua jenis yaitu pro dan kontra.
Ideologi dimaksudkan untuk mengatur masalah tin¬dakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Oleh karena itu, ideologi itu dapat tercermin dari tulisan di media itu. Ideologi itu dapat ditelusuri melalui berbagai aspek tulisan, dari skema, penataan topik, penggunaan bahasa, sampai pada pemanfaatan grafika, seperti ukuran huruf, warna, dan tata letak. Inilah yang menjadi objek kajian analisis wacana kritis pada media massa cetak.
Hal serupa diungkapkan Sumadiria (2005:4) bahwa jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual. Verbal sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif sedangkan visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan.
Darmanto (2004:2) menyatakan, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Dalam Workshop IV Sumatera Selatan tanggal 19—21 Agustus 2004 diungkapkan salah satu Kode etik wartawan adalah pedoman, patokan, garisan atau ukuran bagi wartawan dalam mencari, mengumpulkan, mengolah atau membuat berita untuk disampaikan kepada masyarakat. (http://www.ireyogya.org/adat/ workshop_ sumselx4.htm)
Hal tersebut menunjukkan bahwa wartawan sekaligus penulis berita bebas untuk mengolah berita. Kebebasan itu membuat wartawan berhak untuk menyembunyikan ideologinya. Eriyanto (2001:228—229) memaparkan strategi penulis menyembunyikan ideologinya lewat struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
Penelitian tentang teks media massa pernah dilakukan oleh Nauval dengan judul Analisis Wacana Teks Berita di Sumatera Ekspres Edisi Januari—Maret 2003 Penelitian tersebut menganalisis tentang kekerasan terhadap wanita dalam pemberitaan yaitu kekerasan seksual, fisik, ekonomi dan psikis. Penelitian ini menggunakan model analisis wacana van Dijk dan membahas struktur mikro dengan elemen-elemennya yang meliputi: latar, detil, maksud, koherensi, koherensi kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, dan metafora.
Penelitian serupa membahas tentang analisis wacana juga pernah dilakukan Risnawati (2006) dengan judul skripsi, Analisis Wacana Berita Kriminal Terhadap Wanita Pada Sumatera Ekspres Periode September—Desember 2005 Kajian Stilistik, yang menyimpulkan bahwa terdapat lima kasus kejahatan terhadap wanita, ditinjau dari kajian stilistik dalam berita kriminal terhadap wanita, diketahui bahwa pilihan kosakata dan tata bahasa cenderung lebih menguntungkan pelaku kejahatan dan ditinjau dari pemaknaan terhadap kajian stilistik, diketahui bahwa teks berita tersebut merefleksikan struktur mental sang komunikator yang menunjukkan ideologi patriarki. Penelitian tersebut hanya memfokuskan pada berita kriminal terhadap wanita dan hanya menggunakan satu sumber surat kabar.
Dari penelitian di atas, sepanjang pengetahuan penulis, diketahui penelitian tentang penggunaan analisis wacana kritis terhadap berita kriminal pada media massa cetak terbitan Palembang belum pernah dilakukan. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan ideologi yang tersembunyi berita kriminal dan mendeskripsikan strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari (a) struktur makro, (b), super struktur dan (c) struktur mikro. Peneliti memilih koran harian yang terbit di Palembang yakni Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, Palembang Pos, Transparan, dan Berita Pagi, dikarenakan kelima koran tersebut menduduki rating lima besar dari segi oplah perhari di Palembang dengan rincian Sriwijaya Pos, 70.000 eksemplar (bagian sirkulasi) Sumatera Ekspres, 60.320 eksemplar/hari (Anto Narasoma selaku sekretaris redaksi), Palembang Pos, 60.000 eksemplar/hari (Wardah selaku sekretaris redaksi), Transparan, 30.000 eksemplar/hari dan Berita Pagi, 15.000 eksemplar/hari (bagian sirkulasi). Kelima koran harian ini dianggap sudah mencakup koran harian yang terbit di Palembang, dengan “pemilik” yang beragam, tiras yang beragam, dan dengan segmen pembaca yang beragam.
Menurut Aditya (2003:1) berita tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa. Berita pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasar, dan bahasa dapat menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan tentang realitas peristiwa. Salah satu berita yang banyak menarik perhatian masyarakat adalah berita kriminal
Menurut Wuryanta (2006:3) kekerasan dan tragedi kemanusian merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang peliput berita atau wartawan, public tertarik untuk mempelajari mengenai perilaku anti sosial dengan melihat berita di TV maupun membaca dari koran atau majalah.
Atar (1995:6) menyatakan, kejahatan, kekrerasan dan pengadilan merupakan bahan berita yang menarik perhatian banyak orang. Bahkan berita skandal yang menyangkut tokoh masyarakat atau politikus menjadi bahan yang banyak digemari.
Pikiran rakyat 01/06/2004 mengungkapkan, penelitian AC Nielsen bahwa pemirsa potensial berita kriminal adalah kaum wanita dan orang tua, ada banyak analisis, mengapa wanita dan orang tua menyukai berita kriminal. ”Kelompok female, adult, mature dan oldies menyukai tayangan maupun bacaan kriminal karena kelompok ini rawan terhadap tindakan kriminal,” http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/01 /kampus04.htm. Hal tersebut menggambarkan efek dari berita kriminal dan persentase pembaca berita kriminal cukup besar.
Depdiknas (2000:19) mengemukakan, unsur-unsur berita adalah berita harus terkini (baru), jarak (dekat jauhnya) lingkungan yang terkena oleh berita, penting atau ternamanya orang yang diberitakan, keluarbiasaan dari berita, akibat yang mungkin ditimbulkan oleh berita, ketegangan yang ditimbulkan oleh berita, pertentangan (conflict) yang terlihat dalam berita, dan emosi yang ada dalam berita. Pernyataan tersebut menunjukkan unsur sekaligus kriteria suatu berita untuk diberitakan pada publik.
1.2. Masalah
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ideologi apa saja yang tersembunyi dalam berita kriminal?
2) Bagaimana strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari
(a) struktur makro (b) superstruktur, dan (c) struktur mikro?
1.3. Tujuan
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan ideologi yang tersembunyi berita kriminal
2) Mendeskripsikan strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari (a) struktur makro, (b) superstruktur, dan (c) struktur mikro.
1.4. Manfaat
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana kritis tentang karakteristik media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembinaan pengetahuan dan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis wacana media massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana bahasa Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wacana
Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi, yang menghubungkan proposisi satu dengan proposisi lain, kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan (Eriyanto, 2001:3).
Menurut Halim yang dikutip Depdiknas (2000:9) wacana adalah seperangkat kalimat yang karena pertalian semantiknya diterima oleh pemakai bahasa, baik penutur maupun pendengar, sebagai suatu wacana. Lubis (1991:20) menyatakan wacana adalah kesatuan bahasa yang lengkap.
Purnomo, (2006:3) mengemukakan wacana adalah hasil dari penggunaan bahasa dalam konteks yang wajar (alamiah).
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan wacana adalah hasil dari penggunaan bahasa dalam konteks yang wajar (alamiah) yang dapat diterima oleh penutur maupun pendengar.
2.2. Analisis Wacana
Analisis wacana dalam studi linguistik merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan diantara unsur tersebut (Eriyanto, 2001:3).
Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama (Eriyanto, 2001:4).
Brown dan Yule (1996:1) mengungkapkan, analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Menurut Cristal dikutip Eriyanto (2001:2) analisis wacana memfokuskan pada stuktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagai mana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan baik lisan maupun tulisan.
2.3. Analisis Wacana Kritis
Purnomo dalam Puspa Ragam Bahasa dan Sastra (2006:3) mengungkapkan, Analisis wacana kritis (AWK) merupakan penerapan wacana dengan perspektif interdisipliner. Apabila analisis wacana hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguistis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan perspektif disiplin lain seperti; politik, gender, dan faktor sosiologis lain.
Menurut Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto (2001:7), analisis wacana kritis me¬lihat wacana—pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan¬ sebagai bentuk dari praktik sosial.
Menurut Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak yang dikutip Eriyanto (2001:8) Menyajikan karakteristik adalah hal penting dari analisis wacana kritis yang antara lain; pertama, tindakan (action). Dengan pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Yang kedua, konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini di¬pandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Yang ketiga, historis yakni, memahami wacana teks bagaimana teks itu diciptakan, situasi dan keadaan pada saat teks itu diciptakan. Yang keempat, kekuasaan yakni kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat yang tidak memandang alamiah, wajar, dan netral tetapi bentuk pertarungan kekuasaan. Yang terakhir ideologi, yang dibangun oleh kelompok dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka.
Dalam praktik analisisnya AWK memanfaatkan sarana analisis wacana (biasa), tetapi dengan perspektif dan interpretasi yang lebih “dalam”. Beberapa sarana analisis wacana yang dimanfaatkan dalam AWK adalah struktur makro, yang meliputi antara lain skemata, latar, dan topik; dan struktur mikro yang meliputi semantik, sintaksis, dan retorik. Beberapa topik AWK yang penting adalah ideologi, pengetahuan, struktur, interaksi, dan makna.
Kualitas suatu analisis wacana kritis akan selalu dinilai dari segi kemampuan untuk menempatkan teks dalam konteksnya yang utuh, holistik, melalui pertautan antara analisis pada jenjang teks dengan analisis terhadap konteks pada jenjang-jenjang yang lebih tinggi (Eriyanto, 2001:xi).
2.4. Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme) http://id.wikipedia. org/wiki/Ideologi
Ada dua jenis ideologi: Ideologi manusiawi dan ideologi kelas. Ideologi manusiawi adalah ideologi yang didedikasikan untuk seluruh umat manusia, bukan untuk kelas, ras atau masyarakat tertentu saja. Format ideologi seperti ini meliput seluruh lapisan masyarakat dan tidak hanya lapisan atau kelompok tertentu saja. Sebaliknya, ideologi kelas didedikasikan untuk kelas, kelompok atau lapisan masyarakat tertentu, dan tujuannya adalah emansipasi atau supremasi kelompok tertentu. Format yang dikemukakannya terbatas pada kelompok itu saja, dan pendukung serta pembela ideologi ini berasal dari kelompok itu saja. http://al-shia.com/html/id/books/enson-jahon/04.html
Pendapat Golding dan Murdock dikutip Wuryanta (2006:4) menunjukkan, studi wacana media meliputi tiga wilayah kajian, yaitu teks itu sendiri, produksi dan konsumsi teks. Kerangka teoritis semacam ini adalah kerangka teoritis yang senada dikembangkan oleh Norman Fairclough. Perbedaan analisis Golding dan Murdock jika dibandingkan dengan analisis wacana kritis Norman Fairclough terletak pada wilayah analisis teks, produksi dan konsumsi sebagai kajian tersendiri. Fairclough mempunyai kerangka teks, praktek wacana dan praktek sosial budaya sebagai wilayah analisis kritisnya. Dari konteks perspektif analisis di atas maka teks ditafsirkan.
Dalam konteks perspektif yang meliputi tiga wilayah kajian tersebut yang membuat ideologi merupakan hal penting yang mewarnai AWK, sehingga memberikan gambaran bahwa tidak ada wacana yang benar-benar netral. Hal yang sama diungkapkan Purnomo (2007:5) Ideologi merupakan topik penting dalam AWK karena menurut AWK, ideologi selalu mewarnai produksi wacana. Tidak ada wacana yang benar-benar netral atau “objektif” atau steril dari ideologi penutur atau pembuatnya. Apakah itu wacana ilmiah, jurnalistik, atau sastra, apakah itu wacana ekspositori, prosedural, naratif, atau hortatori, selalu mencerminkan atau sekurang-kurangnya “mengandungi” ideologi pembuatnya.
Surbakti dalam Sobur, (2004:65—66), ideologi dibagi menjadi dua yakni secara fungsional dan secara struktural. Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama; atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik, sedangkan sstruktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil pengusaha.
Dalam suatu artikelnya van Dijk (2002:1) mengemukakan bahwa ada beberapa pendekatan tentang ideologi. Pendekatan yang lebih tradisional menyatakan bahwa ideologi didefinisikan secara negatif sebagai kepercayaan yang menyesatkan (misguided belief), atau kesadaran yang salah (false consciousness). Lebih lanjut dikatakan, dalam karya yang lebih mutakhir, seperti dalam ilmu politik dan psikologi sosial, ideologi didefinisikan hanya sebagai sistem kepercayaan (belief systems). Dengan mengintegrasikan pendekatan-pendekatan itu, van Dijk mengembangkan teori tentang ideologi yang baru dan bersifat multidisiplin, yang didefinisikan sebagai fondasi perwujudan sosial bersama dari suatu kelompok sosial.
Pengetahuan awal dari penulis sangat berkaitan dengan ideologi yang akan timbul dan memunculkan wacana yang juga akan memperngaruhi pengetahuan dari konsumen atau pembaca.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis ideologi yakni ideologi pro dan ideologi kontra yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal penulis dan mempengaruhi pengetahuan dari konsumen atau pembaca.
Eriyanto (2001:228—229) memaparkan, satuan dan sarana analisis yang disederhanakan dari konsep van Djik adalah sebagai berikut.
STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro Tematik:
Tema/topik yang dikepedapankan dalam berita Topik
Superstruktur Skematik: bagimana bagian dan urutan berita diskemakan Skema
Struktur Mikro Semantik: makna yang ditekan-kan dalm teks berita Latar, detail, praanggapan, nominalisasi
Sintaksis: bagaimana bentuk kalimat yang digunakan Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
Stilistik: bagaimana pilihan kata yang digunakan Leksikon
Retorik Grafis, metafora, ekspresi
Eriyanto lebih menyederhanakan dan lebih sistematis. Walaupun demikian, apa yang dikemukakan oleh Eriyanto itu tidak mencakup keseluruhan aspek atau elemen yang dikemukakan oleh van Dijk (1998b). Hal ini dikarenakan satuan tersebut hanya digunakan untuk analisis berita media massa seperti yang telah dilakukannya sendiri, sedangkan yang dikemukakan oleh van Dijk itu digunakan untuk analisis bahasa politik, dan lebih komprehensif cakupannya.
1. Struktur Makro
Eriyanto (2001:229), elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu sering disebut tema atau topik.
2. Superstruktur
Eriyanto (2001:231), teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Skematik terdiri dari 2 elemen yakni;
1. Summary yang ditandai dengan dua elemen judul, elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting dan Lead umumnya sebagai penganrtar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap.
2. Story yakni isi berita secara keseluruhan, proses atau jalannya peristiwa, mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut.
Komentar yang ditampilkan dalam teks, menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa secara hipotetik terdiri atas dua bagian:
1. Reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan.
2. Kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari berbagai komentar tokoh.
Misalnya, dalam Demonstrasi mahasiswa yang berakhir dengan bentrokan antar mahasiswa dengan polisi. Wartawan mewawancari empat orang ahli sosial dan politik mengenai peristiwa tersebut. (dengan mengatakan, misalnya, bahwa pengamat sosial menganggap demonstrasi mahasiswa sudah menjurus anarkis) dan bagian lain komentar atau kutipan dari pendapat pengamat sosial tersebut yang ditampilkan dalam teks berita (Eriyanto 2001: 231—233).
3. Struktur Mikro
3. 1 Semantik: makna yang ditekankan dalam teks berita.
3.1.1 Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak akan dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.
Contoh:
Tanpa Latar Toko-toko milik pengusaha Cina rusak dibakar dan dijarah massa.
Latar Toko-toko milik pengusaha Cina rusak dibakar dan dijarah massa. Ini bentuk protes dari orang-orang miskin. Selama bertahun-tahun pengusaha Cina menguasai dan memonopoli usaha dari hulu sampai hilir. Monopoli ini bahkan didukung oleh pemerintah yang melindungi dan tidak membatasi perluasan usaha pengusaha Cina tersebut.
Latar Toko-toko milik pengusaha Cina rusak dibakar dan dijarah massa. Sudah berulang kali penjarahan ini dilakukan da korbannya selalu pengusaha Cina. Penjarahan ini mulai marak setelah Peristiwa Mei dua tahun silam, dan sejak saat itu seolah menjadi trend. Pemerintah dan aparat keamanan tidak ada tanda-tanda mencegah apalagi menindak para penjarah tersebut.
3.1.2 Detil merupakan stategi wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Ketelitian dari keseluruhan dimensi peristiwa, bagaian mana diuraikan secara panjang lebar dan bagian mana yang diuraikan sedikit (Eriyanto, 2001:238—239).
Contoh:
Tanpa Detil Dalam demonstrasi menentang RUU PKB kemarin, terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Bentrokan terjadi setelah mahasiswa yang ingin berjalan menuju gedung DPR dihalau oleh aparat keamanan.
Detil Dalam demonstrasi menentang RUU PKB kemarin, terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Mahasiswa yang berdemonstrasi tampaknya sadar bakal terjadi bentrokan. Mereka melengkapi dengan pentungan, rotan, ketapel, bahkan bom molotov. Sebuah bom molotov yang dilempar demonstran sempat mengenai aparat keamanan.
Detil Dalam demonstrasi menentang RUU PKB kemarin, terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Polisi sendiri bertindak tegas bahkan cenderung keras menghadapi aksi demonstran tersebut. Berkali-kali pukulan dan gas air mata dikeluarkan oleh aparat keamanan agar mahasiswa membubarkan diri. Seorang mahasiswa sempat terkapar tak sadarkan diri akibat pukulan aparat keamanan.
3.1.4 Maksud, merupakan elemen yang melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit , dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator (Eriyanto, 2001:240).
Contoh.
Implisit
(Rugi) Begitu mendarat di Timor Timur, Interfet langsung melakukan operasi militer, diantaranya dengan melakukan penggeledahan, penahanan, penodongan dan membekuk orang yang dicurigai sebagai milisi.
Eksplisit
(Untung) Begitu mendarat di Timor Timur, Interfet langsung melakukan operasi militer, diantaranya dengan melakukan penggeledahan, penahanan, penodongan dan membekuk milisi yang dicurigai membuat kekacauan. Tindakan Interfet ini sesuai dengan mandat yang diberikan oleh PBB untuk melakukan segala cara demi terciptanya perdamaian di Timor Timur.
3.1.5 Praanggapan: pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, sebagai upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan. Praanggapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu (Eriyanto, 2001:256).
Contoh
tanpa praanggapan Presiden Gus Dur mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1966.
Praanggapan
Presiden Gus Dur mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1966. kalau usul ini diterima, PKI bisa bangkit kembali
3.1.6 Nominalisasi merupakan strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu. Strategi ini mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan “pe-an”. Dalam struktur kalimat yang berbentuk aktif, selalu membutuhkan subjek. Kalimat aktif juga selalu berbentuk kata kerja yang mmerujuk pada apa yang dilakukan (proses) oleh subjek. Kalau dipakai kata “menembak” selalu membutuhkan dua aktor, yakni siapa yang menembak dan siapa yang ditembak. Kedua hal tersebut harus ada dalam kalimat, agar ia bisa hadir mandiri dalam kalimat. Kata “penembakkan” tidak membutuhkan kehadiran subjek, ia bisa hadir untuk menerangkan mahasiswa yang meninggal (Eriyanto 2001:175—176).
Contoh:
Verba Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas.
Nominalisasi Seorang mahasiswa tewas akibat penembakan saat demonstrasi
3.2 Sintaksis: bagaimana bentuk kalimat yang digunakan
3.2.1 Bentuk kalimat merupakan segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. (Eriyanto, 2001:251—253).
Contoh:
Aktif Polisi membunuh mahasiswa
Menempatkan polisi sebagai subjek
Pasif Mahasiswa dibunuh Polisi
Polisi ditempatkan secara tersembunyi
Deduktif Sementara mahasiswa ditembaki, anggota MPR sibuk sidang
Induktif Anggota MPR sibuk sidang, sementara mahasiswa ditembaki
3.1.7 Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihunungkan sehingga tampak kohern. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Untuk melihat bagaimana seseorang secara stratetis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut (Eriyanto, 2001:242).
Contoh:
Kata hubung “dan” Demonstrasi mahasiswa marak dan nilai tukar melemah. Dimana-mana mahasiswa turun kejalan. Kemarin, nilai tukar rupiah melemah keposisi 8.500/US$. Ini nilai tukar rupiah yang terendah dalam sebulan terakhir.
Kata hubung “akibat” Maraknya demonstrasi mahasiswa menyebabkan nilai tukar melemah. Dimana-mana mahasiswa turun kejalan. Kemarin, nilai tukar rupiah melemah keposisi 8.500/US$. Ini nilai tukar rupiah yang terendah dalam sebulan terakhir.
3.1.4 Koherensi kondisional
Ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Ada dua kalimat, dimana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat semata hanya penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat tidak akan mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberi keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pernyataan (Eriyanto, 2001: 244—245).
Contoh:
Tanpa Koherensi Tim PSSI akhirnya tidak jadi dikirim ke Asian Games.
Dengan Koherensi Tim PSSI, yang akhir-akhir ini selalu kalah dalam pertandingan internasional, akhirnya tidak jadi dikirim ke Asian Games.
3.1.5 Koherensi pembeda
Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan saling berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini (Eriyanto, 2001:247—248).
Contoh:
Tanpa Koherensi Pembeda Pada masa Habibie, kran kebebasan pers telah dibuka lebar-lebar. Kebebasan ini dilanjutkan oleh Pemerintahan Gus Dur, hanya sayangnya dicoreng oleh peristiwa pendudukan Banser atas Jawa Pos yang menyebabkan koran tersebut tidak bisa terbit.
Koherensi Pembeda Dibandingkan pemerintahan Habibie, kebebasan pers di era Gus Dur mengalami kemunduran. Pada masa Gus Dur terjadi peristiwa pendudukan Banser atas Jawa Post yang menyebabkan koran tersebut tidak bisa terbit.
3.1.6. Kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai epresentasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan (Eriyanto:2001:253—255).
Contoh
Kata ganti “saya” Saya menginginkan Gus Dur puasa bicara
Kata ganti “kita” Kita menginginkan Gus Dur puasa bicara
Kata ganti “kami” Kami menginginkan Gus Dur puasa bicara
Kata ganti “mereka” Mereka menginginkan Gus Dur puasa bicara
3.1.7. Stilistik, bagaimana pilihan kata yang digunakan
Leksikon pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilhan kata yang berbeda-beda (Eriyanto, 2001:255).
Contoh:
Polisi melakukan kekerasan terhadap mahasiswa yang tengah demonstrasi
Polisi membunuh mahasiswa yang tengah demonstrasi
Polisi membantai mahasiswa yang tengah demonstrasi
3.3 Retorik
3.3.1 Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh sesorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, miring, garis bawah, ukuran yang lebih besar, penggunaan grafik, gambar atau tabel. Elemen Grafis dapat memanipulasi secara tidak langsung pendapat ideologis yang akan muncul (Eriyanto, 2001:257—258).
Contoh:
Sriwijaya Post, 05 April 2007
Pada berita Kapolda Biayai Timsus Ijazah (SP, 05/04/2007:1), terdapat foto Kapol Sumsel Irjen Pol Drs. Ito Sumardi DS, MM, MBA, MH. Yang memberikan komentar dan terdapat juga gambar jejak langkah jaringan ijazah palsu yang dikemas dengan sangat menarik, sehingga lebih mudah memahami isi bacaan karena dibantu dengan adanya gambar, gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa polisi berhasil mengetahui jejak langkah jaringan ijaah palsu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
3.3.2 Metafora, bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. yang menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, leluhur, kata-kata kuno, dan ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan utama (Eriyanto, 2001: 259)
Contoh:
Menurut Wapres, tidak perlu dilakukan pembubar¬an terhadap lembaga IPDN. Masa untuk membunuh ti¬kus kita harus membakar lumbung, tentu tidak begi¬tu. Lebih baik kita cari saja tikusnya," ujar Wapres. (SP, 08/04/2007:1 “Tiga Praja Lagi Masuk Bui”).
Dalam Kutipan tersebut penggunaan ungkapan Masa untuk membunuh ti¬kus kita harus membakar lumbung, tentu tidak begi¬tu dimaksudkan untuk memperkuat landasan berpikir wartawan yang beranggapan bahwa Jusuf kalla berpendapat tidak harusmembubarkan IPDN, lebih baik mencari pemecahan dari permasalahan yang ada. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada perintah dalam hal ini Jusuf Kalla.
3.3.3 Ekspresi adalah raut wajah atau mimik yang mencerminkan perasaan seseorang, baik senang atau tidak senang terhadap sesuatu. Ekspresi merupakan bagian awal karya sastra yang berisi keterangan tentang tokoh dan latar (Bahrudin, dan Endi Affandi, 2006:24)
Dalam hal ini ekspresi dapat disimpulkan pengungkapan perasaan, gagasan, melalui kata-kata seperti: sedih, marah, gembira, kesal, bosan, dan lain-lain.
Contoh: Wajah mereka terlihat te¬gang dan tidak tenang. (SP, 07/04/2007:1 “Enam Praja Membangkang”).
Kutipan di atas menggambarkan ekspresi te¬gang dan tidak tenang dari enam praja pelaku penyiksaan praja Cliff Muntu. Hal tersebut menggambarkan ideologi kontra penulis terhadap subjek yang diberitakan yakni enam praja pelaku penyiksaan praja Cliff Muntu.
5.5 Berita Kriminal
Menurut Junaedhi (1991:26) mengemukakan “berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya peristiwa atau keadaan yang bersifat umum atau baru saja terjadi (aktual) yang disampaikan wartawan dalam media massa”, atau (1) cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, (2) laporan, (3) pemberitahuan; pengumuman (Kamus Besar Bahasa Indonesia,) Sedangkan menurut Sumadiria (2005:65) mengemukakan bahwa “berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.
Hal senada juga dikemukakan oleh Assegaff (1985:24) yang mengatakan bahwa “berita dalam arti teknis jurnalistik adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula atau karena mencakup segi-segi human interst seperti humor, emosi, dan ketegangan. “Berita adalah laporan tercatat mengenai informasi berbentuk fakta atau opini yang dianggap penting dan menarik serta telah diteliti secara cermat, sehingga berguna bagi banyak orang,” (Basumi, 2003:9). Suhandang (2004:103—104) juga mengatakan bahwa “berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa yang aktual dan menarik perhatian orang banyak.
Kriminal dalam arti sempit kejahatan Lebih dulu akan diterangkan tentang arti kejahatan. dipandang dari sudut formal (menurut hukum) kejahatan adalah suatu perbuatan, yang oleh masyarakat (dalam hal ini Negara), diberi pidana, suatu uraian yang tidak memberi penjelasan lebih lanjut seperti juga definisi-definisi yang formal pada umumnya. Ditinjau lebih dalam sampai pada intinya, suatu kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. Pertanyaan yang kerapkali diajukan apakah suatu kejahatan harus termasuk di dalamnya, menurut pendapat penulis memanglah demikian, biarpun tak dapat disangkal bahwa juga ada perbuatan dalam zaman pendudukan dengan kekejamannya sudah banyak kita kenal—yang dicap sebagai kejahatan tapi tidak dirasakan sebagai melanggar kesusilaan. Yang dimaksud di sini ialah perbuatan yang hanya dipandang jahat menurut bentuknya.
Hal senada juga dikemukakan Bonger (1982:23) kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti-sosial, yang oleh negara ditentang dengan sadar. Dari definisi yang formal sudah terlihat bahwa tentangan tersebut berupa hukuman. Seorang kriminal adalah seseorang yang melakukan sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Perbuatannya disebut kriminalitas atau tindak kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang maling atau pencuri, pembunuh, perampok dan juga teroris. Meskipun kategori terakhir ini agak berbeda karena seorang teroris berbeda dengan seorang kriminal, melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham. http://id.wikipedia.org/wiki /Kriminal.
Dari beberapa pendapat di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa berita kriminal adalah suatu laporan atau pemberitahuan yang berisi informasi tentang kriminal atau kejahatan yang aktual dan faktual yang disampaikan untuk khalayak ramai dan ditulis oleh wartawan kemudian dimuat di media massa cetak atau elektronik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Untuk menelisik sejauh mana pemberitaan dan ideologi tersebut berpihak kepada kelompok marginal atau pemegang kapital dan kekuasaan dapat dibedah dengan menggunakan metode Linguistik deskriptif yang meneliti dan memerikan keseluruhan sistem suatu bahasa tertentu sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang senyatanya (Subroto, 2007:27) yang dilanjutkan dengan analisis paradigma kritis mendasarkan diri pada penafsiran peneliti pada teks. hal ini sangat berbeda ketika menggunakan analisis isi kuantitatif (positivistik) yang menghindari penafsiran. Paradigma kritis lebih lebih ke penafsiran karena dengan penafsiran kita dapatkan dunia dalam, masuk menyelami dalam teks, dan menyingkap makna yang ada dibaliknya (Eriyanto, 2001:61). Untuk lebih memahami makna yang tersembunyi dari suatu teks dengan menghubungkannya pada konteks yang terkait dalam suatu situasi maka digunakanlah analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA).
Eriyanto (2001:7) Wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis tetapi bahasa yang dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis disini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik kekuasan.
Dalam menganalisis struktur mikto digunakan metode padan atau metode identitas. Metode padan (Subroto, 2007:59) menyatakan, metode padan adalah metode yang dipakai untuk mengkajiatau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada diluar bahasa, terlepas dari bahasa yang bersangkutan.
Waktu penerbitan yang menjadi fokus pengambilan data adalah penerbitan semester pertama 2007, periode Maret—Mei 2007 dengan jangka waktu penerbitan selama tiga bulan diharapkan terdapat beragam peristiwa yang diekspose, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global, yang berupa peristiwa kriminal yang sangat erat dengan kondisi sosial.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berita kriminal (utama) pada koran harian yang terbit di Palembang: Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, Palembang Pos, Transparan, dan Berita Pagi. Koran harian ini dianggap sudah mencakup koran harian yang terbit di Palembang, dengan “pemilik” yang beragam, tiras yang beragam, dan dengan segmen pembaca yang beragam.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka yakni teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih yang mencerminkan pemakaian bahasa sinkronis. Sumber-sumber tertulis itu dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, buku perundang-undangan. Di dalam surat kabar biasanya terdapat ragam tajuk, ragam berita, dan ragam pojok (Subroto, 2007:47—48)
Di samping itu, berita yang dianalisis juga dipilih sampelnya secara perposif. Yang menjadi pertimbangan adalah “besarnya” suatu berita. Suatu berita dianggap besar apabila berita itu memberitakan suatu peristiwa selama minimum tiga hari. Dengan demikian, topik-topik berita yang dianalisis hanyalah topik berita yang disajikan selama minimum tiga hari kemunculannya dalam suatu surat kabar
Berikut adalah tabel jumlah data berita kriminal yang didapatkan pada lima surat kabar terbitan Palembang periode Maret—Mei 2007.
Tabel 1 Jumlah Judul Data Berita Kriminal
No Surat Kabar Bulan Jumlah
Maret April Mei
1. Sumatera Ekspres 17 48 14 79
2. Sriwijaya Post 18 34 6 58
3. Palembang Pos 10 16 6 32
4. Transparan 8 25 16 49
5. Berita Pagi 6 7 5 18
Jumlah 59 129 47 236
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan prosedur yang sesuai dengan prosedur analisis wacana kritis seperti yang dikemukakan oleh van Dijk dalam Eriyanto (2001:228—229), satuan analisis meliputi struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.
(1) Mengambil dan membaca rubrik surat kabar yang dianalisis berita kriminal;
(2) Mengidentifikasi ideologi berdasarkan analisis struktur mikro, yaitu bagaimana tema atau topik dikedepankan atau ditonjolkan dalam berita;
(3) Mengidentifikasi ideologi berdasarkan analisis struktur superstruktur, yaitu bagaimana isi berita diskemakan dari judul, lead, pokok berita, rincian, sampai penutup;
(4) Mengidentifikasi ideologi berdasarkan analisis struktur makro, yaitu analisis semantik, sintaksis, stilistik dan retorik;
(5) Mengelompokkan ideologi berdasarkan kriteria tertentu, misalnya polarisasinya, aspirasinya, dan keterkaitannya dengan “pemilik” surat kabar itu;
6) Mengidentifikasi strategi menyembunyikan ideologi melalui (a) struktur makro: melalui topik yang dikepankan, (b) (a) superstruktur, yaitu dengan memperhatikan skema isi berita, (c) struktur mikro: melalui analisis semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik;
7) Melakukan pembahasan;
8) Menarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini yang dibahas adalah analisis wacana berita kriminal terhadap media massa terbitan Palembang. Aspek yang diteliti yakni ideologi apa saja yang tersembunyi dalam berita kriminal dan bagaimana strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari (a) struktur makro, (b) superstruktur, dan (c) struktur mikro.
Ada dua jenis ideologi yakni ideologi pro (keberpihakan) dan ideologi kontra (ketidakberpihakan) yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal penulis dan mempengaruhi pengetahuan dari konsumen atau pembaca.
Selanjutnya strategi penulis menyembunyikan ideologi lewat tiga level struktur. Yang pertama, struktur makro yang mengedepankan elemen tematik atau topik. Yang kedua, level superstruktur yang membahas skematik terdiri dari 2 elemen yakni (1) Summary yang ditandai dengan dua elemen judul dan lead umumnya sebagai penganrtar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap (2) Story yang pertama yakni isi berita secara keseluruhan, yang mempunyai dua subkategori yakni Proses atau jalannya peristiwa, terdiri dari dua bagian; mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut dan latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada khalayak. Yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks, terdiri atas dua bagian yakni reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan dan kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari berbagai komentar tokoh. Level yang ketiga adalah struktur mikro dengan elemen-elemennya yaitu latar, detil, maksud, koherensi, koherensi kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, grafis, metafora dan ekspresi.
4.2. Jenis Ideologi yang Tersembunyi dalam Berita Kriminal
Ideologi merupakan kumpulan ide atau gagasan ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat dan memberikan pengaruh yang besar yang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal dari pembaca. Berdasarkan hasil analisis terhadap berita kriminal terbitan Palembang ditemukan dua jenis ideologi yakni:
1. Pro atau Keberpihakan, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Pro atau berpihak pada pemerintah atau instansi kepemerintahan (PP) merupakan kumpulan ide atau gagasan dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan kecenderungan untuk pro atau berpihak terhadap pemerintah seperti, MPR, Presiden, Mentri, DPR, Kejaksaan Agung, Kejaksaaan Tinggi Negeri, Kepolisian, Dinas Pendidikan, BUMN, Lembaga Pemerintahan dan lain-lain. Seperti contoh berikut ini.
Struktur Makro: Topik/tematik
No Harian, tanggal:hal Judul Topik Ideologi
(1) (SP, 18/04/2007:1) Jaksa Terbang ke Vietnam Lima Jaksa penyidik kasus Bulog memeriksa aliran dana ilegal dalam pengadaan be¬ras impor di Vietnam. Pro Pemerintah
(Kejagung)
Dari data di atas, digambarkan topik/tema yang dikedepankan adalah Lima Jaksa penyidik kasus Bulog memeriksa aliran dana ilegal dalam pengadaan be¬ras impor di Vietnam. Lima jaksa ditempatkan sebagai subjek yang melakukan pemeriksaan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen topik bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Lima jaksa penyidik dari Kejaksaan Agung.
Superstruktur
1. Judul
(2) Kejaksaan Bongkar 3 Rekening Widjan (SE, 09/04/2007).
Dalam kutipan di atas, digambarkan pemerintah dalam hal ini Kejaksaan yang telah membongkar tiga rekening Widjan tersangka kasus gratifikasi bulog dan terbukti bersalah dalam kasus dalam pengadaan sapi dari Australia tahun 2001 guna penyelidikan lebih lanjut. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Kejaksaan Agung.
2. Lead
(3) SOLO - Aparat kepolisian dan tim Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 terus mengejar Abu Dujana, teroris kakap yang lain dalam penyergapan di Sleman, Jogjakar¬ta, Selasa malam lalu. Diduga, buron yang diyakini terlibat dalam sejumlah aksi terorisme di tanah air itu masih berada di sekitar Jogja dan Jawa Tengah. (PP, 21/03/2007: 1 “Anak Buah Abu Dujana Tewas”)
Dalam kutipan di atas, digambarkan pemerintah dalam hal ini kepolisian dan tim Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 terus mengejar Abu Dujana. Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 diposisikan sebagai subjek yang melakukan pengejaran. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis berpihak pada pemerintah, dalam hal ini Aparat kepolisian dan tim Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88.
3. Story
No (BP, 21/03/2007:1 “Densus 88 Grebek Kelompok Teroris”).
(4) Awal Tiga pelaku aksi terorisme di seluruh Indonesia diisukan ikut ditahan bersama dengan Abu Dujana. Namun pihak Polda DI Yogyakarta masih bungkam atas penahanan ini
Isi Tim Densus 88 akhirnya menahan 4 orang dalam penggerebekan yang juga disertai aksi baku tembak.
Akhir Sekitar pukul 19.00 WIB, Densus 88 Mabes Polri menangkap pelaku sejumlah kasus terorisme di Indonesia. Kemungkinan besar pelaku yang ditahan ini adalah Abu Dujana. Penangkapan yang disertai dengan baku tembak ini terjadi di Maguwoharjo di Depok, Sleman.
Dari data di atas, digambarkan unsur berita secara keseluruhan yang dimulai dari Tiga pelaku aksi terorisme di seluruh Indonesia diisukan ikut ditahan bersama dengan Abu Dujana, pada bagian isi digambarkan penggrebekan dan penahanan empat orang, pada bagian akhir dgambarkan Densus 88 Mabes Polri menangkap pelaku sejumlah kasus terorisme di Indonesia. Densus 88 Mabes Polri ditempatkan sebagai subjek yang melakukan penggrebekan dan penahanan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen topik bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Densus 88 Mabes Polri.
4. Komentar Verbal Tokoh
(5) “Tim sedang melakukan pengejaran karena pelakunya banyak, “ katanya. (BP, 02/04/2007:1 “Sindikat Pembuat Ijazah Palsu Dibongkar”).
Dari kutipan tersebut, digambarkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini sindikat pemalsuan ijazah dalam pengejaran tim penyidik. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polda Sumsel.
5. Kesimpulan
(6) Hendarman juga menjelaskan, penahanan Widjanarko di LP Cipinang untuk memisahkannya dengan 5 tersangka kasus yang sama yang saat ini ditahan di Rutan Kejagung. (T, 21/03/2007:10 “Dirut Bulog Ditahan di LP Cipinang”).
Dari Kutipan tersebut digambarkan, komentar penulis yang memberikan awalan, sebelum menunjukkan komentar tokoh yang sebenarnya, sekaligus menyimpulkan hasil komentar tokoh tersebut, yang memaparkan ada lima tersangka dalam kasus yang sama telah ditahan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen Kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari berbagai komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Kejaksaan Agung.
Struktur Mikro
1. Latar
(7) Mereka ditetapkan menjadi tersangka dalam pe¬ngadaan sapi dari Australia pada 2001. penahanan mereka dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan kasus yang juga sedang ditangani Kejagung. "Mereka ditahan karena bertanggung jawab sebagai tim monitoring pangadaan sapi. (T, 15/03/2007:1 “5 Pejabat Bulog Dijebloskan ke Penjara”).
Dari kutipan di atas ditunjukkan alasan Kejagung melakukan penahanan 5 pejabat bulog. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa penahanan mereka dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan dan Mereka bertanggung jawab sebagai tim monitoring pangadaan sapi. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu penahanan mereka dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan kasus yang juga sedang ditangani Kejagung. "Mereka ditahan kaerna bertanggung jawab sebagai tim monitoring pangadaan sapi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Kejagung.
2. Detil
(8) Polisi juga meminta keterangan dari 3 wanita terkait peristiwa ini. Ketiga wanita tersebut tinggal di rumah yang hanya berjarak hanya sekitar 0,5 meter dari lokasi penemu¬an benda tersebut. Salah satu di antaranya bernawa Marya (37). (T, 06/03/2007:1 “Ciri Dua Tersangka Bom Ambon Telah Diketahui”).
Dari kutipan di atas ditunjukkan, polisi meminta keterangan tiga orang wanita yang tinggal di dekat TKP. Dengan pemberian detil semacam ini memperkuat ideologi penulis yang memaparkan kesigapan polisi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
3. Bentuk kalimat
(9) Rumah Widjanarko Digeledah Jaksa (T, 23/03/2007:1).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif. Struktur kalimat tersebut adalah benar. Dari kalimat tersebut jelas bahwa Jaksa yang difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Jaksa.
4. Kata ganti
(10) kita lakukan penahanan agar pemeriksaan pada penyelidikan yang kedua dan ketiga... (T, 21/03/2007:10 “Dirut Bulog Ditahan di LP Cipinang”).
Dalam kutipan di atas, yang menjadi pernyataan komunikator yakni “akan melakukan penyelidikan setelah melakukan penahan terhadap tersangka, agar dapat mecari kasus-kasus yang lain. Sehingga khalayak mempercayai pernyataan tersebut. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis pada pemerintah dalam hal ini kejaksaan.
5. Grafis
(11) Kemarin ICW melapor¬kan lima anggota DPR yang menerima aIiran dana DKP, mereka yaitu Golkar (dua orang), PAN (satu), PPP (satu), dan PKS (satu). (SP, 25/05/2007:1 “DPR Terima Dana DKP Diusut”).
Dalam data di atas merupakan grafis yang menggunakan angka-angka dalam teks berita. Penggunan angka-angka ini maksudnya sebagai mensugesti ketelitian suatu laporan. Penggunaan angka dalam berita bukanlah merupakan bagian dari standar jurnalistik tetapi mensugesti presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. Jadi menggunakan angka-angka dalam fakta di atas merupakan upya dan strategi dari wartawan untuk meyakinkan kepada khalayak. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini ICW.
2) Pro atau berpihak pada subjek atau individu yang diberitakan (PS) merupakan kumpulan ide atau gagasan dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan kecenderungan untuk pro atau berpihak terhadap subjek yang diberitakan yang tanpa mewakili lembaga pemerintahan. Seperti contoh berikut ini.
Struktur makro
1. Topik/tematik
No Harian, tanggal:hal Judul Topik/Tema Ideologi
(12) (SP, 02/03/2007:7) Ada Indikasi Ketidak-beresan Syahrul Somad membeberkan adanya dugaan penyelewengan Dana Operasional (Dapos) DPRD 2002. PS
(Syahrul Somad)
Dari kutipan di atas, digambarkan topik/tema yang dikedepankan adalah Syahrul Somad membeberkan adanya dugaan penyelewengan Dana Operasional (Dapos) DPRD 2002. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen topik bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Syahrul Somad.
2. Judul
(13) Gugatan menang sebagian Suciwati kecewa (PP, 04/05/2007:10).
Dalam data di atas, menunjukkan kekecewaan Suciwati karena gugatannya hanya menang sebagian. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Istri Munir, Suciwati.
3. Lead
(14) MERDEKA - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperin¬gati kemarin, diwarnai aksi demo sejumlah elemen mahasiswa di sini. Puluhan massa yang tergabung dalam Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII), mendatangi kantor Wali Kota Palembang. Mereka menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki.dunia pendidikan. Selain itu massa juga mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP. (PP, 03/05/2007:1 “HMI tuntut usut kebocoran UN”).
Dalam data di atas, menunjukkan HMI dan Pelajar Islam Indonesia (PII), mendatangi kantor Wali Kota Palembang. Mereka menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki.dunia pendidikan dan mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan, dalam hal ini Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII).
4. Story
No Story Uraian
(15) (PP, 03/05/2007:1 “HMI tuntut usut kebocoran UN”).
Awal Puluhan massa yang tergabung dalam Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII), mendatangi kantor Wali Kota Palembang. Mereka menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki.dunia pendidikan. Selain itu massa juga mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP.
Isi Massa menyambangi Diknas Provinsi Sumsel dan DPRD Sum¬sel. Para demonstran ini minta perbaikan sistematika penyebab kegagalan UN dan pendidikan gratis bagi mahasiswa.
Akhir Mahasiswa bergerak meninggalkan gedung dewan .
Dari data di atas, terlihat unsur berita secara keseluruhan yang dimulai dari Puluhan massa yang tergabung dalam Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII), mendatangi kantor Wali Kota Palembang. Mereka menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki.dunia pendidikan dan mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP, pada bagian isi digambarkan Massa menyambangi Diknas Provinsi Sumsel dan DPRD Sum¬sel. Para demonstran ini minta perbaikan sistematika penyebab kegagalan UN dan pendidikan gratis bagi mahasiswa, pada bagian akhir dgambarkan mahasiswa bergerak meninggalkan gedung dewan. D Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) ditempatkan sebagai subjek yang melakukan penggrebekan dan penahanan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen topik bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII).
2. Kontra atau Ketidakberpihakan, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Kontra atau tidak berpihak pada pemerintah atau instansi kepemerintahan (KP) merupakan kumpulan ide atau gagasan dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan kecenderungan untuk Kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah atau orang-orang yang bekerja dan mengatasnamakan lembaga kepemerintahan, seperti, MPR, Presiden, Mentri, DPR, Kejaksaaan Tinggi Negeri, Kepolisian, Dinas Pendidikan, BUMN, dan lain-lain. Seperti contoh berikut ini.
Struktur makro
1. Topik
No Harian, tgl:hal judul Topik Ideologi
(16) (SP, 06/04/2007:1) Pemred
Playboy
Dibebaskan pemred Majalah Play¬boy Indonesia ini dibebaskan karena jaksa ceroboh me¬nyusun surat dakwaan, dengan tidak mencantumkan UU No 40/ 1999 tentang Pers Kontra Pemerintah
(Jaksa)
Dari kutipan diatas, terlihat topik/tema yang dikedepankan adalah pemred Majalah Play¬boy Indonesia ini dibebaskan karena jaksa ceroboh me¬nyusun surat dakwaan, dengan tidak mencantumkan UU No 40/ 1999 tentang Pers. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen topik bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini jaksa penuntut.
Superstruktur
2. Judul
(17) Polisi Belum Tahan Bos Garuda (SE, 12/04/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan polisi belum melakukan penahanan, dengan alasan anca¬man hukuman terhadap Pimpinan Garuda yang hanya disangka memalsukan Surat itu di bawah lima tahun. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan pemerintah dalam hal ini polisi.
Struktur Mikro
1. Latar
(18) Kendati Kapolri Jenderal Pol Sutanto sudah menetapkan dua orang itu sebagai tersangka, Mabes belum menahan mereka. Dalihnya, anca¬man hukuman terhadap dua orang yang hanya disangka memalsukan Surat itu di bawah lima tahun. (SE, 12/04/2007:1 “Polisi Belum Tahan Bos Garuda”)
Dalam data di atas, terlihat wartawan berpendapat bahwa polisi belum menahan bos garuda dikarenakan ancamannya hanya pemalsuan surat Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya Dalihnya, anca¬man hukuman terhadap dua orang yang hanya disangka memalsukan Surat itu di bawah lima tahun.. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa belum ditahannya bos garuda karena ancamannya hanya disangka memalsukan surat. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan pemerintah dalam hal ini kepolisian
2. Kata Ganti
(19) Tapi barang bukti belum kita temukan, karena hari ini masih berlanjut sampai besok…(Kamis, 5/4/2007:9 Cliff Tewas Digebuki 13 Senior)
Dalam kutipan di atas, penggunaan kata ganti jamak ‘kita’ mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, dan perhatian publik. Pemakaian kata ganti ‘kita menciptakan komunitas antara komunikator dengan para pembaca, dan menimbulkan adanya representasi dari sikap komunitas. Apa yang menjadi pernyataan komunikator yakni “akan melakukan penyelidikan setelah melakukan penahan terhadap tersangka, agar dapat mecari kasus-kasus yang lain. Sehingga khalayak mempercayai pernyataan tersebut. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini kejaksaan yang belum menemukan bukti.
3. Metafora
(20) Saat ditanya tersangka yang satunya apakah adik Widjanarko yakni Widjokong¬ko Puspoyo, Hendarman diam seribu ba¬hasa. Dia tidak mengiyakan dan menya¬lahkan. (T, 26/04/2007:10 “Widjanarko dan Keluarga Jadi Tersangka Gratifikasi Bulog”)
Dalam Kutipan tersebut penggunaan peribahasa diam seribu ba¬hasa dimaksudkan untuk memperkuat landasan berpikir wartawan yang beranggapan bahwa tidak adanya kejelasan informasi dari sang narasumber, karena tidak memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan wartawan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen metafora bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini Hendarman Supandji, Jampidsus (Jaksa Tindak Pidana Khusus)
2) Kontra atau tidak berpihak pada subjek atau individu yang diberitakan (KS), merupakan kumpulan ide atau gagasan dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan kecenderungan untuk kontra atau tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan, seperti, koruptor, perampok, pembunuh, pemerkosa, pelaku kekerasan, dan lain-lain. Seperti contoh berikut ini.
Struktur Makro
1. Topik/tematik
No Harian, tgl:hal Judul Topik/Tema Ideologi
(21) (SP, 21/03/2007:1) Ditahan dan Dicopot Widjan resmi dicopot dari jabatan Dirut Perum Bulog dan menjadi tahanan Kejaksaan Agung (Kejagung) KS
(Widjan)
Superstruktur
2. Judul
(22) Tersangka Dirut Bulog Dicekal. (SE, 15/03/2007:1)
Dalam data di atas, digambarkan Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo siap untuk membayar 11 Milyar untuk mengganti kerugian negara (nilai kerugian negara dalam kasus impor sapi fiktif) asal tak ditahan di Lapas Cipinang. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Dirut Bulog yakni Widjanarko.
3. Lead
(23) Nizar merupakan pengawas sekolah yang bertugas di Diknas Kota Palembang yang menjadi bagian jaringan pembuat ijazah dan rapor palsu. SP, 03/04/2007:1 “200 Ijazah Dipalsukan”).
Dalam data di atas, digambarkan Nizar tersangka kasus pembuat ijazah dan rapor palsu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Nizar.
Struktur Mikro
1. latar
(24) Menurut Victor, dalam melakukan aksinya, Mustar menerima uang Rp2 juta, sedangkan anaknya, Irwandi hanya menerima Rp 500 ribu. Lantas uang tersebut digunakan Irwandi untuk biaya melahirkan istrinya.(BP, 05/04/2007:1 “Syahrul Somad Segera Disidang”).
Dalam data di atas, terlihat wartawan berpendapat bahwa tersangka Irawadi melakukan aksi perampokan rekayasa dikarenakan membutuhkan biaya istrinya melahirkan. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya Irwandi hanya menerima Rp 500 ribu. Lantas uang tersebut digunakan Irwandi untuk biaya melahirkan istrinya.. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak membutuhkan biaya istrinya melahirkan membuat Irawadi melakukan aksi rekayasa perampokan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Irawadi.
2. Detil
(25) Di dalam mobil tahanan kijang warna hijau berplat nomor B 8282 ER yang di¬lengkapi jeruji besi, Widjan diapit oleh empat orang Pamdal. Dua penyidik yak¬ni Kuntadi dan Andy Dar¬mawangsa ikut mengawal Widjan. Dan tampak salah seorang kerabat Widjan ikut masuk dalam mobil Ki¬jang yang sudah terlihat tua dengan posisi duduk mirip di dalam angkot. (SP, 21/03/2007:1 “Ditahan dan Dicopot”).
Dari kutipan di atas ditunjukkan proses keberangkatan Widjan ke LP Cipinang dengan menggunakan mobil tahanan dengan pengawalan ketat empat orang Pamdal. Dua penyidik yak¬ni Kuntadi dan Andy Dar¬mawangsa ikut mengawal Widjan. Dengan pemberian detil semacam ini memperkuat ideologi penulis yang memaparkan proses keberangkatan Widjan ke LP Cipinang. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjan.
3. Bentuk kalimat
(26) Cliff Tewas Digebuki 13 Senior. (T, 5/4/2007:9)
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif Struktur kalimat tersebut adalah benar. Dari kalimat tersebut adanya penunjukkan pada tingkatan mana yang ditonjolkan atau difokuskan. Dari kalimat tersebut jelas bahwa Cliff sebagai korban atau objek yang difokuskan dan jelas senior sebagai tersangka ditempatkan subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini senior Cliff Muntu.
Tabel 2 Frekuensi Jenis-jenis ideologi
No Jenis Ideologi ∑ %
1 Pro Pemerintah 269 33.04
2 Pro Subjek/ Idividu 67 8.23
3 Kontra Pemerintah 22 2.70
4 Kontra Subjek/ Idividu 446 54.79
Jumlah 814 100
Pada Tabel di atas terlihat jelas bahwa ideologi kontra atau tidak berpihak pada subjek atau individu sangat dominan terlihat pada berita kriminal media massa terbitan palembang edisi maret—mei 2007 dengan jumlah 446 atau 54.79 % dibandingkan dengan ideologi pro pemerintah dengan jumlah 269 atau 33.04 % sedangkan ideologi pro atau berpihak pada subjek sejumlah 67 atau 8.23 % dan ideologi kontra atau tidak berpihak pada pemerintah sebesar 22 atau hanya 2,70 %
4.3. Strategi Penulis Menyembunyikan Ideologi
Dari seluruh data yang diperoleh mengenai strategi penulis menyembunyikan ideologi dalam berita kriminal pada media massa terbitan Palembang yakni, Sumatera Ekspres, Sriwijaya Post, Berita Pagi, Transparan, dan Palembang Post edisi Maret—Mei 2007, dapat diketahui adanya strategi penulis menyembunyikan ideologi lewat tiga level struktur. Lebih jelasnya perhatikan elemen-elemen struktur makro, superstruktur dan struktur mikro berdasarkan ideologi berikut ini.
4.1.1 Pro atau berpihak pada pemerintah
4.3.1.1 Struktur Makro
Dalam data elemen topik terdapat 81 contoh yang berideologikan keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya
No Harian, tanggal:hal Judul Topik/Tema Ideologi
(27) (SP, 22/03/2007:1) Polisi Buru Abu Dujana Tim Densus 88 Mabes Polri terus mengejar komplotan jaringan teroris yang tergabung dalam ke¬lompok Abu Dujana. PP
(Polisi)
(28) (SE, 18/03/2007:1) Tiga Kasus Jerat Syaukani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yakin bahwa tindakan mereka menjadikan tersangka dan menahan Syaukani tepat, berkaitan tiga kasus yang sedang menjerat Syaukani PP
(KPK)
(29) (PP, 27/03/2007:7) Densus temukan 12,5 Kg bahan peledak Tim Densus 88 Surabaya berhasil membekuk seorang anggota komplotan Abu Dujana dan berhasil menemukan dan menyita barang bukti 12,5 Kg bahan peledak PP
(Densus 88/ Polisi)
(30) (SP, 23/03/2007:1) Rumah Widjan Digeledah Tim penyidik Ke¬jaksaan Agung menggeledah seluruh kantor, ruangan serta rumah pribadi Widjan untuk mencari sekaligus menyita dokumen-doku¬men penting terkait duga¬an impor sapi potong fiktif lalu serta kasus-kasus korupsi lainnya PP
(Kejaksaan Agung)
(31) (SE, 26/03/2007:1) Ruang Gerak Teroris Dipersempit Mabes Polri terus berupaya keras membongkar jaringan Abu Dujana dengan mempersemit ruang gerak pelarian teroris PP
(Polisi)
(32) (T, 23/03/2007:1) Rumah Widjanarko Digeledah Jaksa Tim kejaksaan menggeledah rumah Widjanarko, untuk mencari barang bukti kasus korupsi impor sapi fiktif PP
(Kejaksaan Tinggi & Kejaksaan Agung)
(33) (BP, 02/04/2007) Sindikat Pembuat Ijazah Palsu Dibongkar Polda Sumsel saat ini tengah menyelidiki, menangkap seorang oknum Pegawai Diknas Palembang, dan berhasil menyita sejumlah barang bukti PP
(Polisi)
4.3.1.2 Superstruktur
1. Judul
Dalam data elemen judul terdapat 18 contoh yang berideologikan keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(34) Polisi Buru Abu Dujana (SP, 22/03/2007:1).
Dalam data di atas, ditunjukkan pemerintah dalam hal ini kepolisian memburu Abu Dujana. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini kepolisian.
(35) Sekjen Depdagri Sidak ke IPDN (SE, 07/04/2007:
Dalam data di atas, ditunjukkan pemerintah dalam hal ini Sekjen Depdagri melakukan Inspeksi mendadak ke kampus IPDN yang menyelidi kasus kasus kematian praja Cliff Muntu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada pemerintah.
(36) PPATK Pantau Rekening Teroris. (PP, 29/03/2007:7).
Dalam data di atas, ditunjukkan pemerintah dalam hal ini Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan memantau aliran dana yang menghidupi aktivitas pada beberapa rekening mencurigakan yang diduga milik teroris. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada pemerinta dalam hal ini PPATK.
(37) Jaksa Terbang ke Vietnam (SP, 18/04/2007:1).
Dalam data di atas, ditunjukkan Kejaksaan Agung menurunkan Jaksa ke Vietnam untuk menyelidiki aliran dana ilegal penggandaan beras impor dari Vietnam. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Kejaksaan Agung.
(38) Kejaksaan Bongkar 3 Rekening Widjan (SE, 09/04/2007:1)
Dalam data di atas, ditunjukkan pemerintah dalam hal ini Kejaksaan yang telah membongkar tiga rekening Widjan tersangka kasus gratifikasi bulog dan terbukti bersalah dalam kasus dalam pengadaan sapi dari Australia tahun 2001. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada pemerintah.
2. Lead
Dalam data elemen lead terdapat 7 contoh yang berideologikan pro/berpihak terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(39) Sangat sulit bagi pejabat berkonsentrasi pada tugas¬nya jika menjalani pemerik¬saan aparat: Jusuf Kalla, Wapres RI. (SP, 17/03/2007:1 “Widjan Bakal Dicopot”).
Dalam data di atas, menggambarkan alasan pencopotan jabatan Widjan dari Dirut Perum Bulog yang diuraikan oleh Wapres Jusuf Kalla. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Wapres Jusuf Kalla.
(40) JAKARTA– Desakan kuat untuk mengganti Rektor Institut Pernerintahan Dalam negeri (IPDN) I Nyoman Sumaryadi akhirnya direspon pernerintah. Menteri Dalam Negeri ad interim Widodo AS akhirnya menonaktifkan pimpinan lem¬baga pendidikan yang menewaskan 35 praja itu. (PP, 12/04/2007:1 “Rektor IPDN dinonaktifkan”).
Dari kutipan di atas menggambarkan respon pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam negeri yang akhirnya menonaktifkan Rektor IPDN I Nyoman Sumaryadi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri.
(41) Tim penyidik kasus pemalsuan ijazah terus melakukan pengusutan dengan mengumpulkan barang bukti terkait kasus tersebut. Sejumlah anggota pun bergerak memburu para pelaku lainnya termasuk mencari lokasi percetakan ijazah palsu yang dimanfaatkan tersangka M Nizar bin Dung Cik. (BP, 04/04/2007:1 “Blanko Ijazah Palsu Dicetak di Bekasi”).
Dari kutipan di atas digambarkan tim penyidik Polda Sumsel saat ini tengah melakukan pengusutan dengan mengumpulkan barang bukti dan memburu para pelaku lainnya termasuk mencari lokasi percetakan ijazah palsu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini tim penyidik Polda Sumsel.
3. Story
Dalam data elemen story terdapat 18 contoh yang berideologikan ketidakberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
No Story Ket
(PP, 20/04/2007:16 “Sembilan penganiaya Wahyu resmi dipecat”). Terlihat penulis menggunakan formula 5 W+H dan piramida terbalik
(42) Awal Karir PNS sembilan terpidana kasus pembunuhan praja IPDN Wahyu Hidayat tampaknya bakal habis. Meski surat keputusan pemecatan masih berada di rneja Mendagri Ad interim Widodo AS, Haman Depdagri telah memastikan mereka diberhentikan.
Isi Selain memecat sembilan praja, Depdagri juga member¬hentikan sementara status PNS Lexie M Giroth dan tujuh orang tersangka lain yang terkait pem¬bunuhan Cliff Muntu
Akhir Pemeriksaan Wawan terkait keluarnya Surat izin pengang¬kutan jenazah etas Hama Cliff Muntu dari Dinas, Kesehatan Kota Bandung, pada Selasa (3/4) silam. Penyidik menduga WaNN an turut membantu keluarnya Surat izin tersebut.
(T, 12/04/2007:1 “Petunjuk Baru Aliran Vietnam Food ke Widjanarko
Ditemukan”).
(43) Awal Tim penyidik Kejagung menemukan petunjuk baru terkait dugaan aliran da¬na dari Vietnam Food ke ke¬luarga mantan Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum (Perum) Badan Usaha Logis¬tik (Bulog) Widjanarko.
Isi Kejagung memaparkan proses pengaliran uang dari Vietnam Food ke Widjokongko (Adik Widjan) lalu ke Rynaldi (anak Widjan) selanjutnya ke istri Widjan dan Widjan sendiri.
Akhir Pemeriksaan Widjokongko (adik Widjan)
4. Reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan.
Dalam data elemen Reaksi atau komentar verbal dari tokoh terdapat 16 contoh yang berideologikan ketidakberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(44) Sa¬ngat sulit bagi seorang pe¬jabat untuk berkonsentra¬si pada tugasnya jika yang bersangkutan tengah men¬jalani pemeriksaan intensif oleh aparat," kata Kalla. (SP, 17/03/2007:1 “Widjan Bakal Dicopot”).
Dari kutipan (58), (59), dan (60) tersebut ditunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini pembebastugasan Widjan akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada, dan semoga tidak bermasalah karena perdata serta Jusuf Kalla memaparkan Sa¬ngat sulit bagi seorang pe¬jabat untuk berkonsentra¬si pada tugasnya jika yang bersangkutan tengah men¬jalani pemeriksaan intensif oleh aparat. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Wapres RI Jusuf Kalla.
(45) “Semua praja yang melanggar ditindak sesuai aturan. Saya sudah minta rektor untuk menegakkan hukum. Kemarin sudah ada empat praja yang diberhentikan secara tidak hormat dalam kasus ini (kematian Cliff Muntu, red),” Katanya. (SE, 07/04/2007:1 “Sekjen Depdagri Sidak ke IPDN”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini Sekjen Depdagri tidak main-main dalam penegakan hukum di IPDN dan terus melakukan investigasi dalam kasus kematian Cliff Muntu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Sekjen Depdagri.
(46) Sekarang ada beberapa tindak pidana yang dilakukan. Oleh karena itu kita lakukan penahanan agar pemeriksaan pada penyelidikan yang kedua dan ketiga tidak menghilangkan barang bukti yang ada, kata Hendarman Supandji. (T, 21/03/2007:1 & 10 “Dirut Bulog Ditahan di LP Cipinang”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini Jaksa Tindak Pidana Khusus yang melakukan pemeriksaan dan penahanan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini kejaksaan.
5. Kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari berbagai komentar tokoh.
Dalam data elemen kesimpulan terdapat 5 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya
(47) Menurut Hasan, berkas perkara rapor palsu tersebut sudah masuk ke sekretaris PN Palembang, tetapi belum diketahui majelis hakim yang akan menangani perkara ini. (BP, 25/04/2007:1 “Nizar Segera Disidang”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini berkas perkara rapor palsu tersebut sudah masuk ke sekretaris PN Palembang. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini pengadilan Negeri Palembang.
4.3.1.3 Struktur Mikro
1. Latar
Dalam data elemen latar terdapat 23 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya
(48) Tim Densus 88 Mabes Polri, Ra¬bu (21/3) terus mengejar komplotan jaringan teroris yang tergabung dalam ke¬lompok Abu Dujana. Mere¬ka diperkirakan masih ber¬sembunyi di beberapa ka¬wasan di Jawa Tengah. (SP, 22/03/2007:1 “Polisi Buru Abu Dujana”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan wartawan berpendapat Tim Densus 88 Mabes Polri, terus mengejar komplotan jaringan teroris yang tergabung dalam ke¬lompok Abu Dujana. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu Mere¬ka diperkirakan masih ber¬sembunyi di beberapa ka¬wasan di Jawa Tengah. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa Tim Densus 88 Mabes Polri terus mengejar komplotanj jaringan teroris yang diperkirakan masih bersembunyi di beberapa kawasan di jawa tengah. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Tim Densus Mabes Polri.
(49) KPK telah mempunyai cukup bukti untuk menahan Syaukani sesuai dengan pasal 21 KUHP Syaukani dijerat dengan pasal 2 ayat 1 dlan pasal 3 UU No 31/ 1999 jo UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ada tiga kasus yang sudah dipegang KPK terkait dengan penyalahagunaan dana APBD Kabupaten Kukar Tahun Anggaran 200, 2004 dan 2005. (SE, 18/03/2007:1 “Tiga Kasus Kerat Syaukani”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan wartawan berpendapat bahwa Syaukani dijerat dengan pasal 2 ayat 1 dlan pasal 3 UU No 31/ 1999 jo UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi . Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu KPK telah mempunyai cukup bukti untuk menahan Syaukani. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini KPK telah mempunyai cukup bukti untuk menjerat Syaukani berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Komisi Pemberantasan Korupsi.
(50). Polda Maluku telah melakukan berba¬gai antisipasi agar kedua orang tersebut tidak melarikan drid ke luar Ambon. Sejumlah personel polisi telah disebar ke berbagai lokasi yang dijadikan pintu keluar dan masuk Ambon. (T, 06/03/2007:1 “Ciri Dua Tersangka Bom Ambon Telah Diketahui”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan sejumlah personel polisi telah disebar ke berbagai lokasi yang dijadikan pintu keluar dan masuk Ambon. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa polda Maluku telah melakukan berba¬gai antisipasi dengan cara menyebar sejumlah personel diberbagai lokasi yang dijadikan pintu keluar dan masuk Ambon. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu Polda Maluku telah melakukan berba¬gai antisipasi agar kedua orang tersebut tidak melarikan diri ke luar Ambon. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polda Maluku.
(51) ...tim penyidik Ke¬jaksaan Agung (Kejagung) langsung bertindak cepat. Mereka menggeledah seluruh kantor, ruangan serta rumah pribadi Widjan untuk mencari sekaligus menyita dokumen-doku¬men penting terkait duga¬an impor sapi potong fiktif Australia tahun 2001 lalu serta kasus-kasus korursi lainnya. (SP, 23/03/2007:1 “Rumah Widjan Digeledah”).
Dari kutipan tersebut ditunjukkan wartawan berpendapat Tim Penyidik Kejagung menggeledah kantor dan rumah Widjan. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu mencari sekaligus menyita dokumen-doku¬men penting terkait duga¬an impor sapi potong fiktif Australia tahun 2001 lalu serta kasus-kasus korursi lainnya. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa penyidik Ke¬jaksaan Agung (Kejagung) langsung bertindak cepat dengan menggeledah rumah dan kantor Widjan untuk mencari dokumen kasus-kasus korupsi yang dilakukan Widjan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini tim penyidik Ke¬jaksaan Agung.
(52) Tim penyidik menahan Widjan selama 20 hari selama proses penyelidikan penahanan dilakukan untuk menghindari Widjan melarikan diri dan mengulangi korupsi. Widjan ditetapkan sebagai ter¬sangka pada 14 Maret 2007. (SE, 21/03/2007:1 “Widjan Di-Cipinang-Kan”).
Dari kutipan tersebut, ditunjukkan wartawan berpendapat bahwa Tim penyidik menahan Widjan selama 20 hari. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu proses penyelidikan penahanan dilakukan untuk menghindari Widjan melarikan diri dan mengulangi korupsi. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini penahanan dilakukan untuk menghindari Widjan melarikan diri dan mengulangi korupsi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Tim Penyidik Kejaksaan Tinggi.
(53) Penolakan ha¬kim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan atas dakwaan jaksa terhadap Pemimpin Re¬daksi (Pemred) Majalah Playboy Indonesia Erwin Arvada, tak membuat Kejaksaan Tinggi DKI menyerah. Jaksa yakin mampu memenjarakan empat model Playboy yang telah berstatus tersangka. …Kami yakin majelis (hakim) nanti punya pertimbangan lain dalam memutus tersangka dari para. model Playboy. Sebab, dari hasil penyidikan, unsur keseng¬ajaannya sangat signifikan," (SE, 07/04/2007:1 “Yakin Bisa Jerat Model Playboy”).
Dari kutipan tersebut, ditunjukkan wartawan berpendapat bahawa Kejaksaan Tinggi yakin bisa jerat model playboy karena adanya penolakan hakim Pengadilan Tinggi (PN) atas dakwaan Pemred majalah playboy dan diperkuat dengan hasil penyelidikan yang menunjukkan unsur kesengajaan sangat signifikan.. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu Penolakan ha¬kim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan atas dakwaan jaksa terhadap Pemimpin Re¬daksi (Pemred) Majalah Playboy Indonesia Erwin Arvada , tak membuat Kejaksaan Tinggi DKI menyerah dan dari hasil penyidikan, unsur keseng¬ajaannya sangat signifikan, Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa keyakinan kejaksaan tinggi bisa menjerat model playboy dikarenakan semangat untuk tidak menyerah dan adanya hasil penyelidikan yang menunjukkan unsur kesengajaan yang sangat signifikan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Kejaksaan Tinggi DKI.
2. Detil
Dalam data elemen detil terdapat 21 contoh yang berideologikan keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(54) Kejaksaan menemukan bukti dari sebuah dokumen, VSFC melalui PT Tugu Dana Utama (TDU) diduga beberapa kali mentransfer uang ke PT ABI senilai USD 3,62 juta (Rp 32,94 miliar). VSFC merupakan eks¬portir 500 ribu ton beras ke Bulog. Empat rekening yang menampung aliran dana tersebut juga telah diblokir kejaksaan. Di antaranya, di Bank Bukopin. Widjan sendiri merupakan pe¬nasihat Bank Bukopin. (SE, 09/04/2007:4 “Kejaksaan Bongkar 3 Rekening Widjan”).
Dari kutipan di atas, ditunjukkan aliran dana yang dimiliki Widjan. Dengan pemberian detil semacam ini menggambarkan ada 4 rekening yang menampung aliran dana yang diketahui dan diblokir, sehingga makna yang ditekankan kepada publik adalah kejaksaan telah berhasil membongkar dan memblokir aliran dana Widjanarko. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini kejaksaan yang berhasil membongkar dan memblokir rekening Widjan.
(55). Polisi menemukan beberapa barang bukti di lokasi keiadian. Yaitu dua selongsong peluru dan tiga sepeda motor. Tiga sepeda motor yang disita adalah Honda Win nopol AD 4833 MT, Honda Supra AD 3701 AT, dan Honda Supra X H 3672 H. menurut penuturan beberapa Saksi mata, tiga orang ikut diangkut aparat kepolisian. (T, 22/03/2007:1 “Anak Buah Abu Dujana Tewas”).
Dari kutipan di atas ditunjukkan Polisi menemukan beberapa barang bukti di lokasi keiadian. Dengan pemberian detil semacam ini memperkuat ideologi penulis yang memaparkan barang bukti yang didapatkan polisi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
(56). Penyidik juga berhasil menyita sejumlah barang bukti. Antara lain, 14 buku raport palsu, 20 rapor asli yang dipalsukan isinya, 23 ijazah Sekolah Dasar (SD) palsu, 6 ijazah SMP palsu, 20 ijazah SMU palsu, 4 ijazah SMU kosong untuk blangko, 4 ijazah Strata Satu (SI), 27 transkip SI palsu. (BP, 02/04/2007:1 “Sindikat Pembuat Ijazah Palsu Dibongkar”).
Dari kutipan di atas ditunjukkan jumlah barang bukti pemalsuan yang dilakukan sindikat pemalsu Ijazah. Dengan pemberian detil semacam ini memperkuat ideologi penulis yang memaparkan ijazah beserta arsip penting lainnya sudah banyak dipalsukan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan objek yang diberitakan dalam hal ini Sindikat pemalsu Ijazah.
(57) ...Oleh karenanya, BK DPR akan memanggil pi¬hak-pihak terkait untuk memberikan kesaksian, an¬tara lain Didi Sadeli, Andin H Taryono, dan Rokhmin Dahuri (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang saat ini sedang disi¬dang dalam kasus korupsi dana nonbujeter DKP. (SP, 25/05/2007:1 “DPR Terima Dana DKP Diusut”).
Dari kutipan di atas, ditunjukkan Badan Kerhormatan akan menyelidiki dan memanggil pihak-pihak yang terkait dalam dna DKP. Dengan pemberian detil semacam ini memperkuat ideologi penulis yang memaparkan pihak-pihak yang akan dipanggil untuk memberikan kesaksian. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini BK DPR RI.
3. Maksud
Dalam data elemen maksud terdapat 8 contoh yang berideologikan ketidakberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(58) Berdasarkan rilis Kejagung, total terpidana penganiayaan Wahyu Hidayat berjumlah 10 orang. Mer¬eka dipisah dalam tiga berkas. Rinciannya, berkas dakwaan pasal 351 ayat 1 KUHP (pelaku utama penganiayaan) untuk Dekky, Okta¬viano, Gema, Yopi, Dena, Bangun, Dadang, dan Yayan. Sesuai putusan MA No 2170 K/Pid/2004 tanggal 25 Januari 2005, mereka dihukum penjara satu tahun enam bulan. (PP, 14/04/2007:1 “Sembilan ditangkap satu buron”).
Dari kutipan di atas digambarkan bahwa. Kejagung, total terpidana penganiayaan Wahyu Hidayat berjumlah 10 orang. Mer¬eka dipisah dalam tiga berkas. Rinciannya, berkas dakwaan pasal 351 ayat 1 KUHP (pelaku utama penganiayaan) untuk Dekky, Okta¬viano, Gema, Yopi, Dena, Bangun, Dadang, dan Yayan, sesuai putusan MA No 2170 K/Pid/2004 tanggal 25 Januari 2005, mereka dihukum penjara satu tahun enam bulan.. sekaligus dapat dilihat orang banyak. diuraikan secara eksplisit, sehingga makna yang diterima khalayak tidak berbeda. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen maksud bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Kejaksaan dan Mahkamah Agung.
(59) Dilain pihak polisi juga meyakini ada kesengajaan untuk mengesankan kasus ini sebagai kematian biasa Hal itu berdasarkan pemeriksaan para praja yang dipecat serta bukti bekas suntikan for¬malin, dijasad Cliff. Jika terbukti kekerasan di IPDN bisa dikategorikan dalam tindak kriminal terencana. Sesuai Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), tersangka yang terlibat terancam hukuman 12 tahun penjara karena telah menyebabkan kematian. (T, 09/04/2007:1 “Jenazah Cliff Muntu Diduga Disuntik Formalin”).
Dari kutipan di atas digambarkan bahwa. pihak polisi juga meyakini ada kesengajaan untuk mengesankan kasus ini sebagai kematian biasa Hal itu berdasarkan pemeriksaan para praja yang dipecat serta bukti bekas suntikan for¬malin, dijasad Cliff, Jika terbukti kekerasan di IPDN bisa dikategorikan dalam tindak kriminal terencana. Sesuai Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), tersangka yang terlibat terancam hukuman 12 tahun penjara karena telah menyebabkan kematian. sekaligus dapat dilihat orang banyak. diuraikan secara eksplisit, sehingga makna yang diterima khalayak tidak berbeda. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen maksud bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
4. Praanggapan
Dalam data elemen praanggapan terdapat 4 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya
(60) sis¬tem pendidikan dengan menggunakan sistem asra¬ma tidak efektif. "Karena di situlah peluang kekerasan bisa lebih besar dibanding¬kan yang non-asrama. Ujar Ketua Komisi X DPR Irwan Pravitno. (SP, 15/04/2007:1 “Bubarkan IPDN Pimpinan Dicopot”).
Dalam kutipan di atas terlihat penulis untuk mendukung ideologinya ia menambahkan premis yang dipercaya kebenarannya, yang merupakan fakta yang belum terbukti kebenaranya yakni “sis¬tem pendidikan dengan menggunakan sistem asra¬ma tidak efektif” tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan utamanya. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen praanggapan bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Ketua Komisi X DPR Irwan Pravitno.
5. Nominalisasi
Dalam data elemen nominalisasi terdapat 10 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya
(61) Polri sendiri masih melakukan penyelidikan terhadap peledakan di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, Maluku. (T, 06/03/2007:1 “Ciri Dua Tersangka Bom Ambon Telah Diketahui”).
Dalam kutipan di atas terdapat kata penyelidikan yang mengubah kata kerja verba menjadi nomina yang menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh Polri. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat nominalisasi bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polri.
(62) Petugas kemu¬dian melakukan penggele¬dahan. (SP, 02/04/2007:1 “Ijazah S1 Aspal Dijual Rp 4 Juta”).
Dalam kutipan di atas terdapat kata penggele¬dahan yang mengubah kata kerja verba menjadi nomina yang menunjukkan proses yang dilakukan oleh subjek yang diberitakan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat nominalisasi bahwa penulis berpihak pemerintah dalam hal ini petugas Polda Palembang.
6. Bentuk kalimat
Dalam data elemen bentuk kalimat terdapat 25 contoh ideologi keberpihakan terhadap pemerintah. Berikut diuraikan contohnya.
(63) Polisi Buru Abu Dujana (SP, 22/03/2007:1).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif, karena Abu Dujana sebagai objek ditempatkan di akhir kalimat. Dari kalimat tersebut jelas bahwa Polisi difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
(64) Kejagung Abaikan Protes Widjanarko
(SE, 26/03/2007:1).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif, karena Widjanarko sebagai objek ditempatkan di akhir kalimat. Dari kalimat tersebut jelas bahwa Kejagung difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini kejagung.
(65) Densus Temukan 12,5 Kg bahan Peledak
(PP, 27/03/2007:7).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif, karena Densus sebagai subjek ditempatkan di awal kalimat. Dari kalimat tersebut jelas bahwa Densus difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polisi (Densus 88).
(66) Kepala Bidang (Kabid) Hu¬bungan Masyarakat (Humas) kepolisian Daerah (Polda) Maluku AKBP Tommi Napitupulu terus menegaskan terus menyelidiki peledakan di Pelabu¬han Yos Sudarso Ambon. (T, 06/03/2007:1 “Ciri Dua Tersangka Bom Ambon Telah Diketahui”).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif, karena Kepala Bidang (Kabid) Hu¬bungan Masyarakat (Humas) kepolisian Daerah (Polda) Maluku AKBP Tommi Napitupulu sebagai subjek ditempatkan di awal kalimat.. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polisi.
(67) DPRD Kota Palembang meminta pihak berwenang untuk mengusut tuntas dugaan kasus kebocoran kunci jawaban ujian nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SMP/MTs. (BP, 01/05/2007:1 “Usut Dugaan Kebocoran UN”).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Struktur kalimat tersebut adalah benar. Dari kalimat tersebut jelas bahwa objek yang diberitakan difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai objek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak terhadap pemerintah dalam hal ini DPRD Kota Palembang.
7. Koherensi
Dalam data elemen koherensi tidak terdapat ideologi keberpihakan terhadap pemerintah
8. Koherensi kondisional
Dalam data elemen koherensi kondisional terdapat 11 ideologi pro/ keberpihakan terhadap pemerintah. Berikut diuraikan contohnya.
(68) Ryaas yang juga menjadi anggota Komisi II (bidang Pemerintahan) DPR itu menjelaskan, pihaknya mengumpulkan seluruh fakta di IPDN. Termasuk, sistem pembelajaran, metode pengajaran dan manajemen kampus. (PP, 16/05/2007:10 “Investigasi IPDN tuntas”).
Pada kutipan “Ryaas” tidak akan mengubah artinya walau anak kalimat “yang juga menjadi anggota Komisi II (bidang Pemerintahan) DPR itu” dihilangkan dalam kalimat tersebut karena pesan yang ingin dikomunikasikan dan diberitakan kepada khalayak adalah Ryaas menjelaskan, pihaknya mengumpulkan seluruh fakta di IPDN. Termasuk, sistem pembelajaran, metode pengajaran dan manajemen kampus. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen koherensi kondisional bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Tim Investigasi dan Evaluasi IPDN yang dipimpin Ryaas Rasyid.
(69) Dikatakan Baharuddin ...Ijazah palsu dapat diketahui dari fisiknya, artinya dengan diraba dan dilihat dapat diketahui keasliannya. Selain itu, dapat digunakan sistem terawang dimana jika disenter ada gambar burung garuda yang bersinar pada bagian dalamnya berwarna kuning keemasan. (BP, 04/04/2007:1 “Blanko Ijazah Palsu Dicetak di Bekasi”).
Pada kutipan “sistem terawang” tidak akan mengubah artinya walau anak kalimat “jika disenter ada gambar burung garuda yang bersinar pada bagian dalamnya berwarna kuning keemasan.” dihilangkan dalam kalimat tersebut karena pesan yang ingin dikomunikasikan dan diberitakan kepada khalayak adalah ciri-ciri fisik ijazah asli. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen koherensi kondisional bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Baharuddin (Polisi).
9. Koherensi pembeda
Dalam data elemen koherensi pembeda tidak terdapat ideologi pro/keberpihakan terhadap pemerintah.
10. Kata ganti
Dalam data elemen kata ganti terdapat 25 contoh ideologi pro/keberpihakan terhadap pemerintah. Berikut diuraikan contohnya.
(70) Saya sudah mendapatkan data awal tentang dugaan kebocoran UN di Palembang. Konsep surat untuk dikirim ke Irjen sedang dibuat. Mudah-mudahan besok (hari ini, red) suratnya sudah saya kirimkan ke Irjen Depdiknas,” tegas Suharsono lagi. (SE, 02/05/2007:1 “Dugaan Kebocoran UN Dibawa ke Irjen”).
Dalam kutipan di atas memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Suharsono.
(72) kita periksa sebagai tersangka dan untuk sementara terancam pasal 263 KUHP. Namun pemeriksaan belum selesai, akan ada pemeriksaan tambahan setelah malam ini,” ujar Nugroho. (SE, 30/05/2007:1 “Anggota DPRD Palembang Diperiksa Maraton 13 Jam”).
Dalam kutipan di atas, yang menjadi pernyataan komunikator yakni “pemeriksaan Abdullah S Nato”. Sehingga khalayak mempercayai pernyataan tersebut. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Nugroho (Kombes Pol).
(73) Kita sedang mengusut, untuk apa senjata dan bahan peledak itu semua. (PP, 23/03/2007:7 “Abu Dujana masih Jaringan Noerdin”).
Dalam kutipan di atas, yang menjadi pernyataan komunikator yakni “pengusutan penggunaan senjata dan bahan peledak yang ditemukan polisi”. Sehingga khalayak mempercayai pernyataan tersebut. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
Dalam kutipan (72), dan (73), penggunaan kata ganti jamak ‘kita’ mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, dan perhatian publik. Pemakaian kata ganti ‘kita menciptakan komunitas antara komunikator dengan para pembaca, dan menimbulkan adanya representasi dari sikap komunitas.
(74) “Karena kasus penganiayaan di IPDN ka¬mi minta dana itu dibeku¬kan," tegas Priyo Anggota DPR. (SP, 13/04/2007:1 “Dana Operasional IPDN Disorot”).
Dalam kutipan di atas, menggambarkan tanggapan anggota DPR terhadap kasus penganiayaan IPDN sehingga dana di IPDN harus dibekukan. Sehingga khalayak mempunyai pernyataan yang sama berdasarkan data yang dipaparkan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini DPR RI.
(75) Kami telah menetapkan beberapa tersangka, bahkan menahannya. Nah, sekarang pengembangannya ditindaklanjuti Kejagung,” kata Marwan. (SE, 04/05/2007:1 “Adik Widjan Ikut Dipenjara”).
Dalam kutipan di atas, memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Marwan Effendy, Kepala Kejati Jawa Timur
Dalam kutipan (74) dan (75) penggunaan kata ganti jamak ‘kami’ mempunyai implikasi bersama. Hal ini menguatkan ideologi penulis dengan memberikan fakta-fakta terdahulu. Sehingga khalayak mempunyai pernyataan yang sama berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan.
(76) Mereka menggeledah seluruh kantor, ruangan serta rumah pribadi Widjan untuk mencari sekaligus menyita dokumen-dokumen penting terkait duga¬an impor sapi potong fiktif Australia tahun 2001 lalu serta kasus-kasus korursi lainnya. (SP, 23/03/2007:1 “Rumah Widjan Digeledah”).
Dalam kutipan di atas, memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini tim Penyidik Kejagung.
(77) Mereka (BSNP) sudah mengantongi data awal untuk melakukan pengusutan. (SE, 02/05/2007:1 “Dugaan Kebocoran UN Dibawa ke Irjen”).
Dalam kutipan di atas, memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Dalam kutipan (76) dan (77) penggunaan kata ganti jamak ‘mereka’ mempunyai implikasi menumbuhkan kata tidak sependapat dengan penulis yang merujuk pada orang lain.
11. Leksikon
Dalam data elemen leksikon terdapat 1 contoh ideologi pro/keberpihakan. Berikut diuraikan contohnya.
(78) Saat masuk ke rumah, sekitar 20 orang yang mengobok-obok rumah Widjanarko membawa beberapa koper. (T, 23/03/2007:1 “Rumah Widjanarko Digeledah Jaksa”).
Dalam kutipan di atas, menggunakan kata ‘mengobok-obok’ mempunyai kata lain yaitu menggeledah. Penulis memilih kata tersebut untuk menggambarkan proses penggeledahan rumah Wijan oleh Kejagung. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Tim penyidik Kejagung.
12. Grafis
Dalam data elemen grafis terdapat 43 contoh ideologi pro/keberpihakan. Berikut diuraikan contohnya.
(79) Pada berita “Simpan Peledak di Bunker” (SP, 22/03/2007:1), tergambar Polisi berjaga di sebuah rumah yang di dalamnya ditemukan sejumlah bahan peledak yang diduga milik teroris dan gambar dua proses penggebrekan kelompok Abu Dujana bersama barang sitaan Gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa polisi telah menemukan sejumlah bahan peledak milik teroris. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
(80) Pada berita “Enam Teroris Diboyong ke Jakarta” (SE, 04/04/2007:1), tergambar polisi anti-teror menggiring enam tersangka teroris. Gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa polisi telah melakaukan proses pemindahan enam tersangka teroris ke Jakarta dari Jogjakarta untuk penyelidikan dan pemberkasan perkara. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
(81) Pada berita Anak Buah Abu Dujana Tewas (T, 22/03/2007:1 “Anak Buah Abu Dujana Tewas”), terdapat gambar Satu pasukan dari gegana Polda sedang memasukkan bahan-bahan pembuat Bom dan senjata kedalam karung dan terdapat karikatur teroris yang menggunakan senjata dan telepon genggam serta memakai penutup kepala (terlampir) yang digambarkan sebagai Abu Dujana yang berisikan biodatanya. Foto tersebut untuk mendukung gagasan Polri telah menyita bahan-bahan peledak dan senjata serta masih mencari buron Abu Dujana. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polri.
(82) Tiga sepeda motor yang disita adalah Honda Win nopol AD 4833 MT, Honda Supra AD 3701 AT, dan Honda Supra X H 3672 H. menurut penuturan beberapa Saksi mata, tiga orang ikut diangkut aparat kepolisian. (T, 22/03/2007:1 “Anak Buah Abu Dujana Tewas”).
Dalam data di atas merupakan grafis yang menggunakan angka-angka dalam teks berita. Penggunan angka-angka ini maksudnya sebagai mensugesti ketelitian suatu laporan. Penggunaan angka dalam berita bukanlah merupakan bagian dari standar jurnalistik tetapi mensugesti presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. Jadi menggunakan angka-angka dalam fakta di atas merupakan upaya dan strategi dari wartawan untuk meyakinkan kepada khalayak keterangan barang bukti yang disita polisi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada pemerintah dalam hal ini polisi.
13. Metafora
Metafora, bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. yang menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, leluhur, kata-kata kuno, dan ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan utama.
Dalam data elemen metafora terdapat 1 contoh ideologi pro/keberpihakan. Berikut diuraikan contohnya.
(83) Menurut Wapres, tidak perlu dilakukan pembubar¬an terhadap lembaga IPDN. Masa untuk membunuh ti¬kus kita harus membakar lumbung, tentu tidak begi¬tu. Lebih baik kita cari saja tikusnya," ujar Wapres. (SP, 08/04/2007:1 “Tiga Praja Lagi Masuk Bui”).
Dalam Kutipan tersebut penggunaan ungkapan Masa untuk membunuh ti¬kus kita harus membakar lumbung, tentu tidak begi¬tu dimaksudkan untuk memperkuat landasan berpikir wartawan yang beranggapan bahwa Jusuf kalla berpendapat tidak harusmembubarkan IPDN, lebih baik mencari pemecahan dari permasalahan yang ada. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada perintah dalam hal ini Jusuf Kalla.
14. Ekspresi
Dalam data elemen ekspresi tidak terdapat contoh ideologi pro/keberpihakan.
4.1.2 Pro atau berpihak pada subjek atau individu yang diberitakan
4.3.2.1 Struktur Makro
Dalam data elemen topik terdapat 15 contoh yang berideologikan pro atau berpihak pada subjek atau individu yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
Topik/tematik
No Harian, tanggal:hal Judul Topik/Tema Ideologi
(84) (SE, 05/05/2007:1) Mendagri dan IPDN Digugat Rp150 Miliar Keluarga Cliff mengajuan gugatan perdata atas kematian Cliff Muntu kepada Menteri Dalam Negeri, IPDN, rektor IPDN, dan Menteri Pendidikan Nasional PS
(85) (T, 04/04/2007:1) PDK Yakin Ijazah Azhari Saleh Palsu Partai Demokrasi Kebangsaan Yakin Ijazah Azhari Saleh Palsu dilihat dari kejanggalan perbandingan fotokopi ijazah PS
(86) (SP,10/04/2007:1) 17 Praja Meninggal Tak Wajar Inu Kencana mengungkapkan 17 orang praja IPDN meninggal tidak wajar PS
(87) (SE,06/05/2007:1) Suciwati Ajukan Banding Dikarenakan gugatan perdatanya kepada PT Garuda dikabulkan sebagian oleh hakim di PN Jakarta Pusat, Suciwati mengajukan banding, dengan alasan putusan itu jauh dari keadilan PS
(88) (T, 10/04/2007:1) Beberkan Kematian Cliff Muntu, Dosen IPDN Tak Boleh Mengajar Inu Kencana dilarang mengajar selama masa investigasi karena membeberkan kasus kematian Cliff Muntu PS
4.3.2.2 Superstruktur
1. Judul
Dalam data elemen judul terdapat 6 contoh yang berideologikan pro/keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
(89) Istri Widjan Bantah Terima Hadiah (SE, 10/04/2007:1).
Dalam data di atas, menunjukkan Istri Widjan membantah menerima hadiah (gratifikasi) terkait dengan impor 500 ribu ton beras dari Vietnam yang melibatkan suaminya. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Istri Widjanarko.
(90) Harmen Abbas Silahkan Aparat Lakukan Penyidikan (T, 14/05/2007:1).
Dalam data di atas, menunjukkan Ketua Komisi Dewan Per¬wakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palembang dari Frak¬si Golongan Kaya (Golkar) Drs H Harmen Abbas mempersilahkan aparat penegak hukum melakukan penyidikan lebih jauh terhadap Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Palembang Abdullah S Nato. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Harmen Abbas.
(91) Kuasa Hukum Syahrul Mengundurkan Diri (BP, 07/03/2007:1).
Dalam data di atas, menunjukkan kuasa hukum Syahrul secara resmi mengundurkan diri dipicu sikap Syahrul yang tidak konsisten dan banyak melakukan kebohongan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Syahrul Somad.
(92) HMI tuntut usut kebocoran UN (PP, 03/05/2007:1).
Dalam data di atas, menunjukkan tuntutan HMI untuk mengusut tuntas kebocoran soal dan jawaban Ujian Nasional. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini HMI.
2. Lead
Dalam data elemen lead terdapat 1 contoh yang berideologikan pro/berpihak pada subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
(93) Ketua Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Ir Suparman Romans mengatakan, pihaknya merasa yakin ijazah yang dimiliki clan digunakan anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palembang, M Azhari Saleh, adalah palsu. (T, 04/04/2007:1 “PDK Yakin Ijazah Azhari Saleh Palsu”).
Dalam data di atas, menunjukkan keyakinan Ir Suparman Romans bahwa M Azhari Saleh, adalah palsu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan, dalam hal ini Ketua Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Ir Suparman Romans.
3. Story
Dalam data elemen story terdapat 6 contoh yang berideologikan pro/berpihak terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
No Story Uraian Ket
(94) (SE, 06/05/2007:1 “Suciwati Ajukan Banding”). Terlihat penulis menggunakan formula 5 W+H dan piramida terbalik
Awal Suciwati tak surut mengejar keadilan. Meski gugatan perdatanya kepada PT Garuda dikabulkan sebagian oleh hakim di PN Jakarta Pusat, istri mendiang Munir itu mengajukan banding. Alasannya, ibu dua orang anak itu menganggap putusan itu jauh dari keadilan.
Isi Putusnya kerja sama Garuda dengan Northwest
Akhir penumpang dari Amerika yang connecting flight dari negara lain jumlahnya hanya tiga persen dari total penumpang Garuda saat ini.
(95) (T, 04/04/2007:1 “PDK Yakin Ijazah Azhari Saleh Palsu”).
Awal Ketua Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Ir Suparman Romans mengatakan, pihaknya merasa yakin ijazah yang dimiliki clan digunakan anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palembang, M Azhari Saleh, adalah palsu.
Isi Kejanggalan pada ijazah Azhari Saleh
Akhir Tim gabungan Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dan Direktorat Nan koba Kepolisian Daerah (Pol¬da) Sumatera Selatan (Sum¬sel), Senin (2/4), berhasil me¬nangkap Nizar Dung Cik
4. Reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan.
Dalam data elemen komentar terdapat 11 contoh yang berideologikan pro/berpihak terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
(96) “Salah besar itu (anggapan Moch¬tar, Red), apa yang saya tulis di buku itu memang terja¬di dan ada fakta serta bukti otentiknya," ujar Inu. (SP, 25/05/2007:7 “550 Praja Putri Gugat Inu”).
Kutipan tersebut menunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini Inu memaparkan yang ia ungkapkan benar dan ada bukti otentik. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Inu.
(97) “Silahkan tuntut saya. Kalau saya dituntut, saya akan bongkar semuanya," tegas Inu menambahkan. (SP, 25/05/2007:7 “550 Praja Putri Gugat Inu”).
Kutipan tersebut menunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini Inu memaparkan kalau ia dituntut ia akan membongkar semua. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Inu.
(98) “Kalau itu bukan freesex, lalu apa namanya?" kata¬nya setengah bertanya. (SP, 25/05/2007:7 “550 Praja Putri Gugat Inu”).
Kutipan tersebut menunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini Inu menegaskan bukti yang ia paparkan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Inu.
4.3.2.3 Struktur Mikro
Makna Elemen-Elemen Struktur Mikro
1. Latar
Dalam data elemen latar terdapat 8 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya
(99) Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperin¬gati kemarin, diwarnai aksi demo sejumlah elemen mahasiswa di sini. Puluhan massa yang tergabung dalam Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII), mendatangi kantor Wali Kota Palembang. Mereka menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki.dunia pendidikan. Selain itu massa juga mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP. (PP, 03/05/2007:1 “HMI Tuntut kebocoran UN”).
Dalam data di atas digambarkan, terlihat wartawan berpendapat Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) melakukan Demonstrasi pada peringatan hari Pendidikan Nasional. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latar sebab akibatnya yaitu Mereka menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki.dunia pendidikan. Selain itu massa juga mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP. Pemberian latar sebab akibat seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa Himpunan Maha¬siswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) melakukan demonstrasi guna menuntut upaya pemerin¬tah untuk memperbaiki dunia pendidikan. Selain itu massa juga mendesak untuk segera mengusut adanya indikasi kebocoran dalam Ujian Nasional (UN) baik tingkat SMA maupun SMP.. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini kuasa hukum Syahrul Somad Boenyamin, SH.
2. Detil
Dalam data elemen detil terdapat 3 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya
(100) Angka Rp 150 miliar dalam gugatan disamakan dengan angka subsidi dari pemerintah ke IPDN selama satu tahun. Rico yang datang ke PN sekitar pukul 11.00 mengatakan, jika dikabulkan, uang tersebut tidak diambil oleh pihak penggugat, tetapi akan diberikan ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sebagai biaya untuk membentuk sekolah sejenis IPDN di daerah. (SE, 05/05/2007:1 “Mendagri dan IPDN Digugat Rp150 Miliar”).
Dari kutipan di atas ditunjukkan kedatangan keluarga Cliff yang diwakili oleh Rico, ayah Cliff yang menuntut Rp 150 M dan apabila terkabul akan diberikan ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sebagai biaya untuk membentuk sekolah sejenis IPDN di daerah. Dengan pemberian detil kedatangan keluarga dan besarnya jumlah tuntutan memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Keluarga Cliff Muntu.
3. Maksud
Dalam data elemen maksud tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
4. Praanggapan
Dalam data elemen praanggapan tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
5. Nominalisasi
Dalam data elemen nominalisasi tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya
6. Bentuk kalimat
Dalam data elemen nominalisasi terdapat 6 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya
(101) Tiga kuasa hukum Syahrul Somad mengajukan surat pengunduran diri mendampingi mantan Bendahara DPRD Sumsel... (BP, 07/03/2007:1 “Kuasa Hukum Syahrul Mengundurkan Diri”).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif, karena tersangka sebagai objek ditempatkan di akhir kalimat. Dari kalimat tersebut jelas bahwa kuasa hukum Syahrul difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini kuasa hukum Syahrul yang mengundurkan diri.
(102) Sete¬lah menggoyang sejumlah elite politik melalui sejum¬lah pernyataannya tentang sejumlah tokoh yang me¬nerima dana non-bujeter Departemen Kelantan dan Perikanan (DKP), Rokh¬min Dahuri sebentar lagi bakal menggoyang DPR RI. Terkait sejumlah anggo¬ta dewan yang ditengarai juga menerima kucuran da¬na DKP. (SP, 30/05/2007:1 “Rochmin Goyang DPR RI”).
Dalam kutipan di atas terlihat bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat induktif. Struktur kalimat tersebut adalah benar. Inti kalimat tersebut ditempatkan pada posisi akhir kalimat dan difokuskan adalah Rokh¬min Dahuri sebentar lagi bakal menggoyang DPR RI. Terkait sejumlah anggo¬ta dewan yang ditengarai juga menerima kucuran da¬na DKP. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis berpihak subjek yang diberitakan dalam hal ini Rokh¬min Dahuri.
7. Koherensi
Dalam data elemen koherensi tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
8. Koherensi Kondisional
Dalam data elemen koherensi tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
9. Koherensi pembeda
Dalam data elemen Koherensi terdapat 2 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya
(103) Ia (Inu) juga mengaku senang kontrol publik terha¬dap berbagai masalah di IPDN semakin kuat diban¬ding tahun 2003 ketika pra¬ja Wahyu Hidayat mati. (SP, 15/04/2007:1 “Lacak Main Uang di IPDN”).
Dari kutipan di atas terlihat subjek yang yang diberitakan mengutarakan kontrol publik terhadap berbagai masalah di IPDN semakin kuat dibandingkan tahun 2003 kemarin. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen koherensi pembeda bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Inu Kencana.
(104) “Kalau dulu yang turun ¬tangan cukup mendagri, se¬karang presiden. Kalau dulu pangkat saya tersendat-¬sendat dua tahun, sekarang hanya dua hari," ujarnya. Ia mengisahkan pula, dulu se¬telah mengungkap kematian Wahyu Hidayat, dirinya dijaga delapan polisi tiap hari sedangkan sekarang hanya dua polisi. (SP, 15/04/2007:1 “Lacak Main Uang di IPDN”).
Dari kutipan di atas terlihat subjek yang yang diberitakan mengutarakan perbedaan perlakuan dirinya dan penanganan permasalahan IPDN pada saat kematian Wahyu Hidayat dan kematian Cliff Muntu. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen koherensi pembeda bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Inu Kencana.
10. Kata ganti
Dalam data elemen kata ganti terdapat 10 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya
(105) Saya merasa tidak merugikan negara, uang tersebut adalah uang jemaah yang dibayarkan kepada saya melalui Depag Sumsel sebagai penanggung jawabnya,” ujarnya. (BP, 20/04/2007:1 “Direktur PT Arjasa Divonis 5 Tahun”).
(106) “Saya tidak pernah memakai uang negara, malah selama empat tahun ini, saya keluarkan pajak dari usaha tersebut senilai Rp1 miliar,” (BP, 20/04/2007:1 “Direktur PT Arjasa Divonis 5 Tahun”).
Dalam kutipan di atas, penggunaan kata ganti tunggal ‘saya’ mempunyai implikasi kesimpulan sendiri. Hal ini menguatkan ideologi penulis dengan memberikan fakta-fakta terdahulu. Sehingga khalayak mempunyai pernyataan yang sama berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis berpihak pemeritah dalam hal ini Direktur PT Arjasa.
11. Leksikon
Dalam data elemen leksikon tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
12. Grafis
Dalam data elemen grafis terdapat 3 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
(107) Pada berita lacak main uang di IPDN (SP, 15/04/2007:1 “Lacak Main Uang di IPDN”). terdapat gambar wajah Inu Kencana yang sedang tersenyum. Gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa Inu Kencana menyambut baik pembentuk¬an tim evaluasi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Inu Kencana.
13. Metafora
Dalam data elemen metafora tidak terdapat contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
14. Ekspresi
Dalam data elemen ekspresi terdapat 6 contoh yang berideologikan pro atau keberpihakan terhadap subjek yang diberitakan.
(108) Raut wajah kegembiraan mewarnai raut wajah Erwin Arnada. Pemimpin redaksi (pemred) Majalah Play¬boy Indonesia ini dibebaskan setelah majelis hakim menolak surat dakwaan jaksa. (SP, 06/04/2007:1 “Pemred Playboy Dibebaskan”).
Kutipan di atas menggambarkan ekspresi gembira dari wjah Erwin Arnada Pemred majalah dewasa Playboy yang divonis bebas. Hal tersebut menggambarkan ideologi pro penulis terhadap subjek yang diberitakan yakni Erwin Arnada.
(109) Saya tidak takut mati, backing saya Allah. Demi Allah saya jujur dan saya benar!" tegas Inu. (T,12/04/2007:9 Rektor IPDN Dipecat).
Kutipan di atas menggambarkan ekspresi Inu yang berkeyakinan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukannya benar adanya. Menggambarkan ideologi pro penulis terhadap subjek yang diberitakan yakni Inu kencana.
(110) Namun meski suasana¬nya cukup tegang, raut mu¬ka Syahrul terlihat sangat tenang. Sedangkan kedua rekannya yang menjadi saksi kasus tersebut terlihat tegang. Bahkan Arpan, sa¬lah seorang diantaranya mukanya terlihat pucat pasi sejak kedatangan rom¬bongan tersebut. Dia hanya tersenyum kecut, saat salah seorang anggota polisi me¬ngajaknya bercanda me¬ngenang saat pemeriksaan¬nya. (SP, 03/03/2007:1 “Sertijab Syahrul Dikawal Polisi”).
Kutipan di atas menggambarkan ekspresi tenang Syahrul serta ekspresi tegang rekan-rekannya saat serah terima jabatan. Hal tersebut menggambarkan ideologi pro penulis terhadap subjek yang diberitakan yakni Syahrul.
4.3.3. Kontra atau tidak berpihak pada pemerintah atau instansi kepemerintahan
4.3.3.1. Mikro: Topik/tematik
Dalam data elemen topik terdapat 6 contoh yang berideologikan kontra atau tidak berpihak pada pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
No Harian, tanggal:hal Judul Topik/Tema Ideologi
(111) (BP, 27/03/2007) Pelimpahan Berkas Syahrul Tunggu Polisi Berkas Syahrul belum dilimpahkan ke pengadilan karena pihak Kejaksaan Negeri Palembang masih menunggu pelimpahan tersangka dan barang bukti dari Poltabes KP
(112) (PP, 28/04/2007:16) Pengusutan ijazah aspal mandek? Pengusutan kasus ijazah aspal terkesan .mandek alias jalan ditempat. Indikasinya, sampai kini dua anggota dewan yang, izinnya sudah ditandatangani Gubemur Sumsel Ir Syahrial Oesman MM, tak kunjung d'panggil. Aparat KP
4.3.3.2. Superstruktur
1. Judul
Dalam data elemen judul terdapat 3 contoh yang berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(113) Pelimpahan Berkas Syahrul Tunggu Polisi (BP, 27/03/2007:1)
Dalam data di atas, menggambarkan pelimpahan berkas Syahrul ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Palembang masih menunggu pelimpahan tersangka dan barang bukti dari Poltabes. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini kepolisian yang dinilai lamban dalam pelimpahan tersangka dan barang bukti.
2. Lead
Dalam data elemen lead terdapat 1 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(114) Tiga pelaku aksi terorisme di seluruh Indonesia diisukan ikut ditahan bersama dengan Abu Dujana. Namun pihak Polda DI Yogyakarta masih bungkam atas penahanan ini. "Waduh, kami tidak tahu itu. Yang melakukan Mabes Polri, identitasnya juga belum tahu. Bisa jadi pelaku terorisme, bisa jadi DPO yang lain," kata Kapolda DIY Brigjen Pol Anggoro Raharjo Harry Anwar di Mapolda DIY, Selasa (20/3). (BP, 21/03/2007:1 “Densus 88 Grebek Kelompok Teroris”).
Dalam data di atas, Polda DI Yogyakarta masih bungkam atas penahanan Tiga pelaku aksi terorisme di seluruh Indonesia. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polda DI Yogyakarta.
3. Story
Dalam data elemen story terdapat 3 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
No Story Uraian Ket
(115) (PP, 28/04/2007:16 “Pengusutan ijazah aspal mandek?”). Terlihat penulis menggunakan formula 5 W+H dan piramida terbalik
Awal Pengusutan kasus ijazah aspal terkesan mandek alias jalan ditempat. Indikasinya, sampai kini dua anggota dewan yang izinnya sudah diteken Gubemur Sumsel Ir Syahrial Oesman MM, tak kunjung dipanggil Aparat.
Isi Pihak Kepolisian terkendala dikarenakan menunggu hasil dari Labfor.
Akhir Polisi masih menyelidiki oknum Dewan yang akan menjadi sasaran penyelidikan ijazah palsu.
4. Reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan.
Dalam data elemen reaksi atau komentar terdapat 4 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah, berikut diuraikan contohnya.
(116) “Waduh, kami tidak tahu itu. Yang melakukan Mabes Polri, identitasnya juga belum tahu. Bisa jadi pelaku terorisme, bisa jadi DPO yang lain,” kata Kapolda DIY Brigjen Pol Anggoro Raharjo Harry Anwar di Mapolda DIY, Selasa (20/3). (BP, 21/03/2007:1 “Densus 88 Grebek Kelompok Teroris”).
Kutipan tersebut menunjukkan komentar tokoh yang dikutip oleh penulis dalam hal ini ketidaktahuan Kapolda terhadap penangkapan pelaku terorisme. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen komentar tokoh bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini Polda DIY.
5. Kesimpulan
Dalam data elemen kesimpulan tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
4.3.3.3 Struktur Mikro
1. Latar
Dalam data elemen latar terdapat 2 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah. Berikut diuraikan contohnya.
(117) Pengusutan kasus ijazah aspal terkesan mandek alias jalan ditempat. Indikasinya, sampai kini dua anggota dewan yang, izinnya sudah ditandatangani Gubemur Sumsel Ir Syahrial Oesman MM, tak kunjung dipanggil Aparat. (PP, 28/04/2007:16)
Dalam data di atas, digambarkan wartawan berpendapat pengusutan kasus ijazah aspal terkesan .mandek alias jalan ditempat. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu sampai kini dua anggota dewan yang, izinnya sudah ditandatangani Gubemur Sumsel Ir Syahrial Oesman MM, tak kunjung dipanggil Aparat. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa pengusutan kasus ijazah palsu jalan ditempat karena dua anggota dewan yang diduga menggunakan ijazah palsu tak kunjung dipanggil Aparat. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah yang diberitakan dalam hal ini polisi.
2. Detil
Dalam data elemen detil tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
3. Maksud
Dalam data elemen latar terdapat 1 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah. Berikut diuraikan contohnya.
(118) Direktur PT Angkasa Raya Jaya Sakti (Arjasa) Baharuddin (55), terdakwa korupsi pengadaan jasa angkutan haji udara domestik Sumsel tahun 2002-2004, divonis majelis hakim selama lima tahun penjara. Padahal sebelumnya, Kabid Urusan Haji Departemen Agama (Depag) Sumsel Drs H Hayanuddin, yang juga terdakwa kasus yang sama malah divonis bebas.. Putusan itu dijatuhkan Ketua Majelis Hakim H Marsup SH, dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Palembang, Kamis (19/4). (BP, 20/04/2007:1 “Direktur PT Arjasa Divonis 5 Tahun”).
Dari kutipan di atas digambarkan bahwa penulis membandingkan antara hukuman Direktur PT Angkasa Raya Jaya Sakti (Arjasa) Baharuddin dengan hukuman lima tahun penjara dan Kabid Urusan Haji Departemen Agama (Depag) Sumsel Drs H Hayanuddin yang dibebaskan dengan kasus yang sama secara eksplisit, sehingga makna yang diterima khalayak tidak berbeda. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen maksud bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini Ketua Majelis Hakim H Marsup SH.
4. Praanggapan
Dalam data elemen praanggapan tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
5. Nominalisasi
Dalam data elemen nominalisasi tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
6. Bentuk kalimat
Dalam data elemen bentuk kalimat tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
7. Koherensi
Dalam data elemen koherensi tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
8. Koherensi kondisional
Dalam data elemen koherensi kondisional tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
9. Koherensi pembeda
Dalam data elemen koherensi pembeda tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
10. Kata ganti
Dalam data elemen kata ganti terdapat 2 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
(119) Sedangkan Wakapolda Sumsel Brigjen Marsudhi Hanafi menolak memberikan nama-nama pejabat dan anggota DPRD yang ada di Sumsel yang terkait kasus ijazah palsu ini. “ Nanti akan kami umumkan pelakunya, “ katanya. (BP, 02/04/2007:1 “Sindikat Pembuat Ijazah Palsu Dibongkar”).
(120) Untuk tujuh orang pengguna ijazah palsu lainnya akan segera kami lakukan pemeriksaan. Tapi namanya nanti saja,“ kilahnya. (BP, 04/04/2007:1 “Blanko Ijazah Palsu Dicetak di Bekasi”).
Dalam kutipan di atas, penggunaan kata ganti jamak ‘kami’ mempunyai implikasi bersama. Hal ini menguatkan ideologi penulis dengan memberikan fakta-fakta terdahulu. Sehingga khalayak mempunyai pernyataan yang sama berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini penyidik Polda Sumsel yang menolak memberikan nama-nama pejabat dan anggota DPRD yang ada di Sumsel yang terkait kasus ijazah palsu.
11. Leksikon
Dalam data elemen leksikon tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
12. Grafis
Dalam data elemen grafis tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
13. Metafora
Dalam data elemen metafora terdapat 2 contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
(121) Saat ditanya tersangka yang satunya apakah adik Widjanarko yakni Widjokong¬ko Puspoyo, Hendarman diam seribu ba¬hasa. Dia tidak mengiyakan dan menya¬lahkan. (T, 26/04/2007:10 “Widjanarko dan Keluarga Jadi Tersangka Gratifikasi Bulog”)
Dalam Kutipan tersebut penggunaan peribahasa diam seribu ba¬hasa dimaksudkan untuk memperkuat landasan berpikir wartawan yang beranggapan bahwa tidak adanya kejelasan informasi dari sang narasumber, karena tidak memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan wartawan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen metafora bahwa penulis tidak berpihak pada pemerintah dalam hal ini Hendarman Supandji, Jampidsus (Jaksa Tindak Pidana Khusus)
14. Ekspresi
Dalam data elemen ekspresi tidak terdapat contoh yang berideologikan berideologikan kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah.
4.3.4 Kontra atau tidak berpihak pada subjek atau individu yang diberitakan.
4.3.4.1 Struktur Makro
Topik atau tema, menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya dan menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita.
Dalam data elemen topik terdapat 134 contoh yang berideologikan kontra atau tidak berpihak pada subjek atau individu yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
No Harian, tanggal:hal Judul Topik/Tema Ideologi
(122) (SE, 14/03/2007:1) Pemred Playboy Dituntut 2 tahun Penjara Pemred Playboy dituntut 2 tahun penjara karena dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelang¬garan pidana kesusilaan melalui penyiaran foto-foto yang berbau pornografi KS
(Pemred Majalah Playboy, Erwin)
(123) (PP, 20/03/2007:7) Nasib Widjan Ditentukan Hari Ini Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo dijadwalkan menjalani pemeriksaan sebagai tersangka untuk pertama.kalinya KS
(Widjan)
(124) (T, 15/03/2007:1) 5 Pejabat Bulog Dijebloskan ke Penjara lima pejabat Bulog dijebloskan kedalam penjara setelah ditetapkan menjadi tersangka dalam pe¬ngadaan sapi dari Australia pada 2001 KS
(5 Pejabat Bulog)
(125) (BP, 03/03/2007) Syahrul Serahkan Rp 261 Juta Ke Dewan Tersangka kasus rekayasa perampokan Syahrul Somad melakukan serah terima jabatan Bendahara DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) kepada pejabat baru sekaligus menyerahkan uang sebesar Rp 261 juta. KS
(Syahrul)
(126) (SP, 03/03/2007:1) Sertijab Syahrul Dikawal Polisi Syahrul Somad Serah terima jabatan ke¬pada Afrizal, S.Ag SE dilaku¬kan dalam pengawalan ke¬tat dan suasana tegang ti¬dak meriah seperti lazim¬nya acara serah terima ja¬batan. KS
(Syahrul)
(127) (SE, 16/03/2007:1) Dirut Bulog di ujung Tanduk kasus korupsi impor sapi fiktif dan beras membuat Widjanarko Puspoyo terancam dicopot dari jabatan Dirut Perum Bulog KS
(Widjan)
(128) (PP, 21/03/2007:1) Dirut Bulog Dijebloskan ke Penjara Widjan dijebloskan ke Lapas Cipinang setelah 10 jam lebih diperiksa sebagai tersangka dalam kasus korupsi im¬por sapi fiktif di gedung bundar Kejagung. KS
(Widjan)
(129) (T, 29/03/2007:1) Direktur Polsri Dituntut 5 Tahun Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) Drs Syamsul Bahri MM dituntut lima tahun. KS
(Syamsul Bahri)
(130) (BP, 20/04/2007) Direktur PT Arjasa Divonis 5 Tahun dikedepankan Baharuddin divonis majelis hakim selama lima tahun penjara KS (Baharuddin)
(131) (SP, 31/03/2007:1) 4 Anggota keluarga Widjan Terseret Empat anggota keluarga mantan Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo diduga kuat menerima aliran dana ilegal KS
(4 anggota keluarga Widjan)
(132) (SE, 27/04/2007:1) Kasus Keempat Hadang Widjan Widjan diduga terlibat kasus keempat yakni dugaan korupsi pengadaan alat pengering dan penggilingan gabah Rp 294,5 miliar KS
(Widjan)
(133) (PP, 22/03/2007:7) Widjanarko Siap bayar Widjanarko sanggup bayar kerugian negara sebesar Rp 11 M asal tak ditahan di LP Cipinang dan dirubah statusnya menjadi tahanan kota. KS
(134) (T, 10/04/2007:1) Penahanan Widjanarko Ditambah 40 Hari Widjanarko sebagai tersangka korupsi pengadaan impor sapi fiktif ta¬hun 2001 yang merugikan ne¬gara Rp 11 miliar, akan ditambah masa penahannya selama 40 hari guna penyelidikan lebih lanjut KS
(Widjan)
(135) (BP, 22/05/2007) Nizar Minta Saksi Meringankan Terdakwa M Nizar bin Dungcik, kembali digelar di Pengadilan Negeri (PN) Palembang, dan Nizar meminta agar dihadirkan saksi yang meringankannya KS
(Nizar)
4.3.3.2 Superstruktur
1. Judul
Dalam data elemen judul terdapat 104 contoh yang berideologikan Kontra/ tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
(136) Rumah dan Kantor Widjan Digeledah (PP, 23/03/2007:12)
Dalam data di atas, digambarkan Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo terus diselidiki dengan penggeledahan rumah dan kantornya. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Dirut Bulog yakni Widjanarko.
(137) 5 Pejabat Bulog Dijebloskan ke Penjara (T, 13/03/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan lima pejabat bulog yang terbukti bersalah dalam kasus dalam pengadaan sapi dari Australia tahun 2001, telah dijebloskan ke Penjara. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini lima pejabat Bulog.
(138) Pimpro Kasus Polsri Dituntut 5 Tahun (BP, 30/03/2007:1)
Dalam data di atas, digambarkan tuntutan jaksa selama 5 tahun penjara kepada Direktur Polsri. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Direktur Polsri, Syamsul Bahri.
(139) Tiga Praja Lagi Masuk Bui (SP, 08/04/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan tiga Praja pelaku kekerasan terhadap praja Cliff Muntu hingga tewas dijebloskan kedalam penjara. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini tiga Praja pelaku kekerasan terhadap praja Cliff Muntu.
(140) Rektor IPDN Dicopot (SE, 12/04/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan I Nyoman Sumaryadi tidak lagi menjabat sebagai Rektor IPDN. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini I Nyoman Sumaryadi.
(141) Pemred Playboy dituntut 2 Tahun (PP, 14/03/2007:7)
Dalam data di atas, digambarkan tuntutan 2 tahun penjara karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran pidana kesusilaan melalui penyiaran foto-foto yang berbau pornografi. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Pemred Playboy.
(142) Putri-Menantu Widjanarko Juga Diperiksa Kejagung (T, 11/04/2007:1)
Dalam data di atas, digambarkan penyelidikan kasus korupsi Widjanarko terkait erat dengan keluarga Widjanarko itu sendiri yang dianggap menikmati hasil korupsi Widjanarko, sehingga kejagung juga memeriksa anggota keluarga Widjan dalam hal ini putri dan menantunya. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Putri-Menantu Widjanarko.
(143) Direktur PT Arjasa Divonis 5 Tahun (BP, 20/04/2007:1)
Dalam data di atas, digambarkan putusan hakim 5 tahun penjara kepada Direktur PT Arjasa. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Direktur PT Arjasa, Baharuddin.
(144) Tersangka Dirut Bulog Dicekal (SP, 15/05/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan Widjan akan dicekal untuk mencegah manipulasi data dan pelarian ke luar negeri. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjan.
(145) Dekan IPDN Lexie Giroth Ditahan (SE, 3/5/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan penahanan Lexie Giroth. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Dirut Bulog yakni Lexie Giroth.
(146) Syahrul Somad divonis 5 bulan. (PP, 31/05/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan putusan 5 bulan penjara kepada Syahrul Somad. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Syahrul Somad.
(147) Hadi Kusumo Pucat dan Menggigil (T, 03/05/2007:1).
Dalam data di atas, digambarkan Hadi Kusumo, tersangka penipuan CPNS pucat dan menggigil saat dibawa ke Polres Pagaralam. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Hadi Kusumo.
(148) ASN Wajib Lapor (BP, 23/05/2007:1)
Dalam data di atas, digambarkan ASN dikenai wajib lapor. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Abdullah S Nato.
2. Lead
Dalam data elemen lead terdapat 6 contoh yang berideologikan Kontra/ tidak berpihak pada subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
(149) Tersangka kasus rekayasa perampokan Syahrul Somad akhirnya melakukan serah terima jabatan Bendahara DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) kepada pejabat baru, Afrizal, S.Ag., SE, Jumat (2/3). (BP, 03/03/2007:1 “Syahrul Serahkan Rp 261 Juta Ke Dewan”).
Dalam data di atas, digambarkan tersangka kasus rekayasa perampokan Syahrul Somad melakukan serah terima jabatan Bendahara DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) kepada pejabat baru. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen lead bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Syahrul Somad.
(150) Kasus korupsi impor sapi fiktif akhirnya menyeret Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo. Tim penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) menemukan alat bukti yang mengindikasikan terjadinya perbuatan melawan hukum dalam kasus yang merugikan negara Rp 11 miliar tersebut. (SE, 15/03/2007:1 “Tersangka Dirut Bulog Dicekal”).
Dalam data di atas, digambarkan Dirut Bulog akhirnya terseret dalam kasus korupsi impor sapi fiktif. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampsaikan lewat elemen lead bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjanarko Puspoyo.
(151) Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo dijadwalkan menjalani pemeriksaan sebagai tersangka hari ini. Tim penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) belum memastikan penahanan, tetapi lebih mengharapkan kehadiran Widjan -sapaan Widjanarko Puspoyo—untuk diperiksa sebagai tersangka untuk kali pertama. (PP, 20/03/2007:7 “Nasib Widjan Ditentukan Hari Ini”)
Dalam data di atas, digambarkan penjadwalan pemeriksaan Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo sebagai tersangka. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen judul bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjanarko.
3. Story
Dalam data elemen story terdapat 21 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan, berikut diuraikan contohnya.
No Story Uraian Ket
(152) (SE, 17/03/2007:1 “Kalla Isyaratkan Copot Widjan”). Terlihat penulis menggunakan formula 5 W+H dan piramida terbalik
Awal Posisi Widjanarko Puspoyo sebagai direktur utama Perum Bulog saat ini ibarat telur di ujung tanduk. Statusnya sebagai tersangka dalam dugaan korupsi impor sapi fiktif diperkirakan bakal berujung pada pencopotan jabatan.
Isi Kemungkinan pergantian jabatan
Akhir Dugaan korupsi impor beras dari Vietnam pada tahun 2002 yang melibatkan Widjan
(153) (SP, 17/04/2007:1 “Siswa Andalkan SMS Berantai”).
Awal Para siswa yang akan me¬ngikuti ujian nasional (UN) yang mulai digelar hari ini, Selasa (17/4) mengandal¬kan SMS berantai kunci ja¬waban UN. Mereka yakin oknum guru akan mem¬bantu mereka untuk me¬naikkan citra sekolah.
Isi Proses SMS berantai
Akhir gurunya pasti memback up siswanya untuk menjawab soal UN
(154) (SP, 18/04/2007:1 “Praja Tolak Adegan Pemukulan”).
Awal Reka ulang penganiayaan Cliff Muntu hingga tewas diwarnai dengan penolakan adegan pemukulan. Rekontruksi dilakukan secara tertutup di Barak DKI atas IPDN sesuai dengan waktu kejadian malam hingga dinihari, Selasa (17/4). Dari 48 adegan yang sudah disiapkan penyidik ada beberapa adegan yang ditolak nindya praja pembawa tanda kehormatan (Pataka) ini
Isi Proses rekonstruksi
Akhir Cliff Roboh
4. Reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan.
Dalam data elemen komentar tidak terdapat contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.
5. Kesimpulan
Dalam data elemen kesimpulan tidak terdapat contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.
4.3.3.3. Struktur Mikro
1. Latar
Dalam data elemen latar terdapat 38 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan. Berikut diuraikan contohnya
(155) Widjanarko telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi pengadaan impor sapi fiktif ta¬hun 2001 yang merugikan ne¬gara Rp 11 miliar. Selain itu, Kejaksaan Agung juga tengah menyelidiki aliran dana ilegal ke rekening keluarga Widjanarko. (T, 10/04/2007:1&11 “Penahanan Widjanarko Ditambah 40 Hari”).
Kutipan di atas, ditunjukkan wartawan berpendapat bahwa penetapan status tersangka pada Widjan karena terbukti korupsi pengadaan impor sapi fiktif. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa Widjanarko telah merugikan negara. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu korupsi pengadaan impor sapi fiktif ta¬hun 2001 yang merugikan ne¬gara Rp 11 miliar. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan Subjek yang diberitakan dalam hal ini Dirut Bulog Widjanarko.
(156) Widjanarko telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi pengadaan impor sapi fiktif ta¬hun 2001 yang merugikan ne¬gara Rp 11 miliar. Selain itu, Kejaksaan Agung juga tengah menyelidiki aliran dana ilegal ke rekening keluarga Widjanarko. (T, 10/04/2007:1&11 “Penahanan Widjanarko Ditambah 40 Hari”).
Kutipan di atas, ditunjukkan wartawan berpendapat bahwa penetapan status tersangka pada Widjan karena terbukti korupsi pengadaan impor sapi fiktif. Pemberian latar kejadian sebelumnya seperti ini akan menciptakan opini khalayak bahwa Widjanarko telah merugikan negara. Dalam struktur berita tersebut dapat terlihat tampilan latarnya yaitu korupsi pengadaan impor sapi fiktif ta¬hun 2001 yang merugikan ne¬gara Rp 11 miliar. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan Subjek yang diberitakan dalam hal ini Dirut Bulog Widjanarko.
2. Detil
Dalam data elemen detil terdapat 14 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan. Berikut diuraikan contohnya
(157) Tersangka kasus dugaan ko¬rupsi pelepasan lahan Banda¬ra Loa Kulu yang merugikan negara hingga Rp 15,36 mi¬liar itu telah tiga bulan men¬jalani perawatan di rumah sakit setelah menjalani ope¬rasi syarat tulang belakang. la keluar dari Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara, pada Kamis, 15 Maret 2007, tanpa sepengetahuan KPK. (SP, 18/03/2007:1 “Ditahan Usai Dijemput Paksa”).
Dari kutipan di atas, ditunjukkan nominal kerugian negara dan usaha pengecohan Syahrul pada KPK dengan keluar dari Rumah Sakit tanpa sepengetahuan KPK. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Syaukani.
(158) Winda dengan rambut seba¬hu yang diikat terlihat anggun mengenakan blazer krem pucat. Kacamata coklat menutupi sebagian wajahnya, seperti yang dilakukan ibu dan adiknya pada pemeriksaan sebelumnya. (T, 11/04/2007:11 “Putri-Menantu Widjanarko Juga Diperiksa Kejagung”)
Dari kutipan di atas ditunjukkan Winda anak Wijanarko menghindar dari kerumunan wartawan dengan menutupi wajahnya. Dengan pemberian detil semacam ini menggambarkan keengganan dan rasa malu Winda kepada media massa sama halnya dengan Ibu dan adiknya, sehingga makna yang ditekankan kepada publik adalah keluarga Widjan merasa malu dan terkesan menutupi diri dari kerumunan wartawan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis tidak berpihak dan menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Winda putri Widjanarko.
(159) Daftar Lembaga Pendidikan Resmi Korban Sindikat Pemalsu Ijazah 1) Universitas Pasundan, Bandung 2) Universitas Muhammadiyah Jakarta 3) Universitas Islam 45, Bekasi 4) Universitas Pancasila 5) Universitas Krisna Dwipayana Jakarta 6) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan atau Stikes Abdi Nusa 7) Universitas Proklamasi 45 8) Universitas Islam Jakarta 9) Universitas Terbuka 10) SDN 613 Palembang 11) SMU Bina Mulia Palembang 12) SMU Bakti Ibu Palembang 13) SMP Yayasan Islamiyah Palembang 14) SMP Muhammadiyah Palembang 15) SMU Bina Mulia Palembang 16) SMU Ethika 17) SMP Bhakti Ibu, SMU Bina Cipta 18) SMU Yanitas 19) SMP PGRI Barat Banyuasin 20) SMA PGRI Kota Bengkulu 21) SMU Bina Mulia tahun 22) SMU 4 Pasuruan 23) SMA IBA.
Dari kutipan di atas ditunjukkan Daftar Lembaga Pendidikan Resmi Korban Sindikat Pemalsu Ijazah Dengan pemberian detil semacam ini memperkuat ideologi penulis yang memaparkan ijazah beserta arsip penting lainnya sudah banyak dipalsukan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen detil bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Sindikat pemalsu Ijazah.
3. Maksud
Dalam data elemen maksud terdapat 14 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan. Berikut diuraikan contohnya
(160) Jabatan Bendaharawan Rutin DPRD Sumsel resmi dise¬rahterimakan Jumat (2/3) kemarin. Ironisnya acara pergantian jabatan tersebut dilakukan saat Syahrul Somad, SH bendaharawan DPRD Sumsel sebelumnya, berstatus sebagai tahanan. Serah terima jabatan ke¬pada Afrizal, SAg SE dilaku¬kan dalam pengawalan ke¬tat dan suasana tegang ti¬dak meriah seperti lazim¬nya acara serah terima ja¬batan. (SP, 03/03/2007:1 “Sertijab Syahrul Dikawal Polisi”).
Dari kutipan di atas digambarkan bahwa Serah terima jabatan ke¬pada Afrizal, SAg SE dilaku¬kan dalam pengawalan ke¬tat dan suasana tegang ti¬dak meriah seperti lazim¬nya acara serah terima ja¬batan dikarenakan Syahrul Somad, SH bendaharawan DPRD Sumsel sebelumnya, berstatus sebagai tahanan diuraikan secara eksplisit, sehingga makna yang diterima khalayak tidak berbeda. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen maksud bahwa penulis tidak berpihak pada subjek ang diberitakan dalam hal ini Syahrul Somad.
(161) Sebelum digelandang ke LP Cipinang, Widjanarko Puspoyo ternyata mencoba‚ ‘merayu' jaksa. Taktiknya, ia bersedia Membayar Rp 11 miliar untuk menutupi seluruh kerugian negara yang muncul Akibat impor sapi fiktif asal Australia pada tahun 2001. (SP, 22/03/2007:1 “Sanggup Setor 11 M”).
Dari kutipan di atas digambarkan bahwa Widjanarko Puspoyo ternyata mencoba‚ ‘merayu' jaksa diuraikan secara eksplisit, sehingga makna yang diterima khalayak tidak berbeda. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen maksud bahwa penulis tidak berpihak pada subjek ang diberitakan dalam hal ini Widjan.
(162) Dengan dilimpahkannya berkas kasus ini, berarti tersangka M Nizar sudah resmi menjadi tahanan titipan hakim. Saat ini, M Nizar mendekam di sel Rumah Tahanan (Rutan) Merdeka, sejak pihak Polda Sumsel melimpahkan berkasnya ke Kejati Sumsel, pada Jumat (20/4) lalu. (BP, 25/04/2007:1 “Nizar Segera Disidang”).
Dari kutipan di atas digambarkan bahwa penulis menggambarkan M Nizar sudah resmi menjadi tahanan setelah berkasnya dilimpahkan secara eksplisit, sehingga makna yang diterima khalayak tidak berbeda. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen maksud bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini M. Nizar.
4. Praanggapan
Dalam data elemen latar tidak terdapat contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.
5. Nominalisasi
Dalam data elemen nominalisasi terdapat 3 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan. Berikut diuraikan contohnya
(163) Syahrul yang ditahan karena menjadi tersangka perampokan uang DPRD Sumsel sejumlah Rp 319 juta... (SP, 03/03/2007:1 “Sertijab Syahrul Dikawal Polisi”).
Dalam kutipan di atas terdapat kata perampokan yang mengubah kata kerja verba menjadi nomina yang menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diberitakan. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat nominalisasi bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Syahrul.
6. Bentuk Kalimat
Dalam data elemen bentuk kalimat terdapat 54 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan. Berikut diuraikan contohnya.
(164) Sertijab Syahrul Dikawal Polisi (SP, 03/03/2007:1).
Dalam kutipan di atas ditunjukkan bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif. Struktur kalimat tersebut adalah benar. Dari kalimat tersebut jelas bahwa subjek yang diberitakan difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Syahrul.
(165) Cliff Tewas Digebuki 13 Senior. (T, 5/4/2007:9 Cliff Tewas Digebuki 13 Senior)
Dalam kutipan di atas ditunjukkan bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif Struktur kalimat tersebut adalah benar. Dari kalimat tersebut adanya penunjukkan pada tingkatan mana yang ditonjolkan atau difokuskan. Dari kalimat tersebut jelas bahwa Cliff sebagai korban atau objek yang difokuskan dan jelas senior sebagai tersangka ditempatkan subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen bentuk kalimat bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini senior Cliff Muntu.
(166) Hari Ini, Nizar Diserahkan Ke Jaksa. (BP, 20/04/2007:1).
Dalam kutipan di atas ditunjukkan bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat Pasif. Struktur kalimat tersebut adalah benar. Dari kalimat tersebut jelas bahwa subjek yang diberitakan difokuskan atau menjadi sentral karena ditempatkan sebagai subjek. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen latar bahwa penulis tidak berpihak atau menyudutkan subjek yang diberitakan dalam hal ini Nizar.
7. Koherensi
Dalam data elemen koherensi tidak terdapat contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.
8. koherensi Kondisional
Dalam data elemen koherensi kondisional terdapat 12 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.Berikut diuraikan contohnya.
(167) Mustafa Abubakar untuk duduk memimpin Dirut Perum Bulog untuk masa jabatan lima tahun kedepan menggantikan Widjanarko puspoyo yang kini meringkuk sebagai pesakitan di tahanan LP Cipinang dalam kasus dugaan korupsi. (SP, 22/03/2007:1 “Dirut Bulog Orang Dekat Kalla”).
Pada kutipan “Mustafa Abubakar untuk duduk memimpin Dirut Perum Bulog untuk masa jabatan lima tahun kedepan menggantikan Widjanarko puspoyo” tidak akan mengubah artinya walau anak kalimat “kini meringkuk sebagai pesakitan di tahanan LP Cipinang dalam kasus dugaan korupsi.” dihilangkan dalam kalimat tersebut karena pesan yang ingin dikomunikasikan dan diberitakan kepada khalayak adalah Mustafa Abubakar untuk duduk memimpin Dirut Perum Bulog untuk masa jabatan lima tahun kedepan menggantikan Widjanarko puspoyo. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen koherensi kondisional bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjan.
9. Koherensi pembeda
Dalam data elemen koherensi pembeda tidak terdapat contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.
10. Kata ganti
Dalam data elemen kata ganti terdapat 12 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.Berikut diuraikan contohnya.
(168) Mereka mencari bocoran naskah UN yang diklaim penjualnya naskah asli di empat kawasan, yakni Jl jenderal Sudirman KM 3,5 , Jln Mayor Ruslan, kawasan depan IP, dan Kambang Iwak. (SP, 17/04/2007:1 “Satu Naskah Dijual Rp 1,5 Juta”).
(169) Informasi yang dihim¬pun dari beberapa pelajar mengatakan mereka akan berburu naskah soal UN di empat kawasan. Namun, beberapa pelajar yang membawa kendaraan roda empat memfokuskan per¬buruan di Kambang Iwak. (SP, 17/04/2007:1 “Satu Naskah Dijual Rp 1,5 Juta”).
(170) Mereka yakin oknum guru akan mem¬bantu mereka untuk me¬naikkan citra sekolah. (SP, 17/04/2007:1 “Siswa Andalkan SMS Berantai”).
Dalam data (194), (195), dan (196), digunakan kata ganti jamak ‘mereka’ mempunyai implikasi menumbuhkan kata tidak sependapat dengan penulis yang merujuk pada orang lain. Apa yang menjadi pernyataan komunikator yakni kemungkinan untuk menggunakan rencana lain. Hal ini menguatkan ideologi penulis dengan memberikan paparan rencana. Sehingga khalayak mempunyai pernyataan yang sama berdasarkan paparan rencana. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Siswa yang Andalkan SMS Berantai
(171) Bukannya masuk bui, mereka malah mulus mendapat pekerjaan sebagai PNS di kantor-kantor pemerintahan di Jawa Barat. (SP, 14/04/2007:1 “Napi itu Jadi Adjudan Sekda”).
Dalam kutipan di atas, penggunaan kata ganti jamak ‘mereka’ mempunyai implikasi menumbuhkan kata tidak sependapat yang merujuk pada orang lain. Apa yang menjadi pernyataan yakni para pelaku kekerasan terhadap praja Wahyu Hidayat mendapat pekerjaan sebagai PNS di kantor-kantor pemerintahan di Jawa Barat bukan mendekam di penjara. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini para pelaku kekerasan terhadap praja Wahyu Hidayat.
11. Leksikon
Dalam data elemen leksikon terdapat 2 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.Berikut diuraikan contohnya.
(172) Cliff Tewas Digebuki 13 Senior. (Kamis, 5/4/2007:1 Cliff Tewas Digebuki 13 Senior).
Dalam kutipan di atas, menggunakan kata Tewas mempunyai kata lain yaitu meninggal. Penulis memilih kata tersebut menunjukkan untuk menggambarkan cara meninggal karena penyiksaan yang memiliki posisi yang rendah. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen kata ganti bahwa penulis tidak berpihak pada subjek (pelaku) yang diberitakan dalam hal ini 13 senior Cliff yang melakukan penganiayaan.
12. Grafis
Dalam data elemen grafis terdapat 41 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.Berikut diuraikan contohnya.
Pada berita Ditahan dan Dicopot (SP, 18/03/2007:1), tergambar Dirut Bulog, Widjanarko Puspoyo (tengah), langsung dijebloskan ke LP Cipinang dengan pengawalan ketat empat anggota Pamdal dan dua penyidik Ke¬jagung. Foto tersebut untuk mendukung gagasan bahwa kasus dugaan korupsi impor fiktif sapi dari Australia yang mengakibatkan kerugian negara sekitar Rp 11 miliar, menyebabkan Widjan dicopot dan dijebloskan ke penjara. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjan.
(173) Rokhmin didak¬wa telah menerima upeti dari anak buahnya sejak 20 Februari 2002 hingga 20 Oktober 2004 sebanyak Rp 1,5 miliar. Serta menerima upeti dari pengusaha yang diduga terkait dengan pro¬yek yang dilakukan Depar¬temen Kelantan dan Peri¬kanan (DKP) sebesar Rp 1,9 miliar, 5000 dollar AS, 400.00 dollar Singapura dan sebuah mobil. (SP, 29/03/2007:1 “Rochimin ‘Gigit’ Fredy-Sarwono”).
Dalam data di atas merupakan grafis yang menggunakan angka-angka dalam teks berita. Penggunan angka-angka ini maksudnya sebagai mensugesti ketelitian suatu laporan. Penggunaan angka dalam berita bukanlah merupakan bagian dari standar jurnalistik tetapi mensugesti presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. Jadi menggunakan angka-angka dalam fakta di atas merupakan upaya dan strategi dari wartawan untuk meyakinkan kepada khalayak. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Rokhmin.
(174) Pada berita “Ferry Pucat, Keluarga Alda Marah” (SE, 03/03/2007:1) terdapat gambar Ferry yang terlihat pucat dan tegang. gambar tersebut untuk mendukung gagasan penulis. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini ferry Surya Perkasa terdakwa pembunuh Alda Risma.
(175) Pada berita Ijazah S1 Aspal Dijual Rp 4 Juta (SP, 02/04/2007:1), terdapat gambar jaringan ijazah palsu yang dikemas dengan sangat menarik, sehingga lebih mudah memahami isi bacaan karena dibantu dengan adanya gambar, gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa jaringan ijazah palsu itu ada. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini jaringan ijazah palsu.
(176) Pada berita Siswa Andalkan SMS Berantai dengan Sub Judul Jika HP Dilarang Siapkan Rencana B (SP, 17/04/2007:1). terdapat skets animasi mata rantai UN yang terdiri dari tiga bagian Gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa Siswa menggunakan SMS berantai yang terdiri dari 3 bagian, bagian pertama murid satu kelas meminjamkan ponsel kepada guru plus pulsa Rp 100 ribu. Siswa yang tidak memiliki ponsel dipinjamkan, selanjutnya didalam kelas dibagi dua kelompok A dan B, begitu soal dibagikan guru akan mempelajarinya dan memberikan jawaban mulai dari soal terakthir begitu soal selesai dijawab, guru mentransfer jawaban ke ponsel milik siswa kelompok A dan B yang selanjutnya diteruskan pada siswa. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Siswa yang menggunakan SMS berantai dan oknum guru yang membantu.
(177) Pada berita Histeris Divonis 5 Tahun dengan subjudul Baharuddin Tuding Jaksa Minta Uang (SP, 20/04/2007:1) terdapat gambar Baharuddin histeris dengan menangis layaknya anak kecil (terlampir). Gambar tersebut untuk mendukung gagasan bahwa Baharuddin mengungkapkan ketidakpuasannya dengan menangis. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen grafis bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Baharuddin.
13. Metafora
Dalam data elemen metafora terdapat 1 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.Berikut diuraikan contohnya.
(178) Bak sudah jatuh tertimpa tangga, selain masuk pen¬jara, Widjan harus rela me¬nyerahkan jabatannya se¬bagai Dirut Perum Bulog. Pemerintah melalui Men¬neg BUMN Sugiharto. (SP, 21/03/2007:1 “Ditahan dan Dicopot”).
Dalam Kutipan tersebut penggunaan peribahasa Bak sudah jatuh tertimpa tangga dimaksudkan untuk memperkuat landasan berpikir wartawan yang beranggapan bahwa Widjan yang harus dipenjara dan juga terpaksa melepaskan jabatannya. Hal tersebut memperjelas strategi penulis dalam menyembunyikan ideologi yang disampaikan lewat elemen metafora bahwa penulis tidak berpihak pada subjek yang diberitakan dalam hal ini Widjan.
14. Ekspresi
Dalam data elemen ekspresi terdapat 13 contoh yang berideologikan kontra/tidak berpihak terhadap subjek yang diberitakan.Berikut diuraikan contohnya.
(179) Widjan yang mengenakan stelan safari warna biru tam¬pak pucat pasi. (SP, 21/03/2007:1 “Ditahan dan Dicopot”).
(180) Hanya beberapa patah kata yang sempat terlontar dari bibir Widjan yang terlihat kelelahan. (SP, 21/03/2007:1 “Ditahan dan Dicopot”).
Kutipan di atas menggambarkan ekspresi Widjan yang terlihat pucat dan kelelahan saat ditahan. Hal tersebut menggambarkan ideologi kontra penulis terhadap subjek yang diberitakan yakni Widjan.
(181) Dengan wajah tegang dan lesu, lima pejabat Bulog me¬masuki jeruji besi di Kejaksaan Agung. (T, 13/03/2007:1 5 Pejabat Bulog Dijebloskan ke Penjara).
Kutipan di atas menggambarkan ekspresi tersangka yang ketakutan dan lesu pada saat akan masuk kedalam sel tahanan. Yang memggambarkan ideologi kontra penulis terhadap subjek yang diberitakan yakni pejabat Bulog.
4.3. Pembahasan
Dari analisis yang dilakukan terhadap berita kriminal pada media massa terbitan palembang, ditemukan hal-hal berikut. Ditinjau dari jenis-jenis ideologi ditemukan empat jenis ideologi. Pertama, pro atau keberpihakan terhadap pemerintah dengan 269 contoh atau 33.04 %. Kedua, pro atau berpihak terhadap subjek dengan 67 contoh atau 8.23 %. Ketiga, kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah dengan 22 contoh atau 2.70 %. keempat, kontra atau tidak berpihak terhadap subjek dengan 446 contoh atau 54.79 % (menyudutkan pelaku kriminal). Seperti terlihat pada tabel 2. Ideologi kontra atau tidak berpihak terhadap subjek terlihat dominan di karenakan berita kriminal lebih memfokuskan pada subjek atau pelaku kriminal. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian tentang teks media massa pernah dilakukan oleh Nauval dengan judul Analisis Wacana Teks Berita di Sumatera Ekspres Edisi Januari—Maret 2003, dengan hasil menyudutkan korban tindak kriminal dengan penggunaan leksikon yang terkesan menydutkan korban.
Berdasarkan hasil analisis strategi penulis menyembunyikan ideologi dengan tiga level struktur wacana diketahui penulis lebih dominan menggunakan topik pada struktur makro, judul pada superstruktur, latar detil dan grafis pada struktur mikro. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita sehingga mempermudah penulis untuk menyembunyikan ideologi namun dipahami secara menyeluruh oleh penulis. Judul merupakan elemen skema yang dipandang paling penting dan paling mudah untuk dipahami oleh pembaca, sehingga judul merupakan sarana yang tepat untuk menyembunyikan ideologi penulis. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan, sehingga latar merupakan sarana yang paling tepat untuk menyembunyikan ideologi karena mampu meyakinkan pembaca akan pembenaran dari suatu berita. Grafis, merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh sesorang yang dapat diamati dari teks. Dalam hal ini dikhususkan dalam bentuk gambar, dikarenakan lebih mendominasi dari pada bentuk teks. gambar sangat mempengaruhi minat seseorang untuk membaca suatu berita, dan strategi yang terkesan kreatif dalam bentuk visual untuk menyembunyikan ideologi serta memperkuat landasan berpikir atau pesan utama dari suatu berita.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada berita kriminal pada media massa terbitan Palembang dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, dilihat dari jenis-jenis ideologi yang tersembunyi dalam berita kriminal terdapat 4 ideologi, yaitu ideologi pro atau berpihak terhadap pemerintah, kedua, pro atau berpihak terhadap Subjek, ketiga, kontra atau tidak berpihak terhadap pemerintah dan keempat, kontra atau tidak berpihak terhadap Subjek.
Kedua, ada beberapa strategi ditinjau dari dari struktur makro, superstruktur dan strutur mikro. Yang pertama struktur mikro adalah berupa topik, yaitu dengan jumlah 236 topik dengan rincian per ideologi sebagai berikut. Ideologi pro pemerintah sebanyak 81 topik, pro subjek sebanyak 15 topik, kontra pemerintah 6 topik dan kontra subjek 134 topik. Superstruktur sebanyak 229, dengan rincian sebagai berikut. Ideologi pro pemerintah sebanyak 44 yang terbagi atas: 19 judul, 7 lead dan 18 story, ideologi pro subjek sebanyak 14 yang terbagi atas: 6 judul 1 lead dan 6 story, 1 komentar tokoh. Ideologi kontra pemerintah sebanyak 10 yang terbagi atas: 3 judul, 3 story, dan 4 komentar. Ideologi kontra subjek sebanyak 161 yang terbagi atas 104 judul, 5 lead dan 51 story Struktur Mikro sebanyak 354 dengan rincian sebagai berikut: ideologi pro pemerintah sebanyak 144 yang terbagi atas 16 latar, 21 detil, 8 maksud 4 praanggapan, 10 nominalisasi, 25 bentuk kalimat, 10 koherensi kondisional, 25 kata ganti, 1 leksikon, 23 grafis, dan 1 metafora. Ideologi pro subjek sebanyak 38 yang terdiri dari: 8 latar, 3 detil, 6 bentuk kalimat, 2 koherensi pembeda, 10 kata ganti, 3 grafis, dan ekspresi. Ideologi kontra pemerintah sebanyak 6 yang terdiri atas: 2 latar, 2 kata ganti dan 2 metafora. Ideologi kontra subjek sebanyak, 191 yang terdiri dari 38 latar, 34 detil, 14 maksud, 3 nominalisasi, 21 bentuk kalimat, 12 koherensi kondisional, 12 kata ganti, 2 leksikon, 41 grafis, 1 metafora dan 13 ekspresi. Dari uraian tersebut digambarkan dari struktur makro yakni topik, dari superstruktur yakni judul, pada story secara sekilas terlihat penulis menggunakan formula 5 W+H dan piramida terbalik. dari struktur mikro yakni, latar, detil dan grafis.
Dari kelima harian yang dianalisis dapat disimpulkan harian Sriwijaya Post lebih mendominasi ideologi kontra subjek yang disembunyikan lewat elemen topik, judul , latar, detil dan grafis.
5.2 Saran
Banyak fenomena kebahasaan yang dapat diteliti dari wacana. Berbagai strategi dapat dilakukan untuk menyembunyikan ideologi penulis dan berbagai cara untuk mengungkapkan ideologi tersebut lewat tiga level struktur, makro, superstruktur dan mikro.. Mengingat masih banyak ha yang belum sempat diungkapkan dalam penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut- baik dengan pendekatan sang sama atau pun pendekatan yang berbeda. Dengan sumber data media massa terbitan Palembang yakni Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, Palembang Pos, Transparan, dan Berita Pagi Namun untuk penelitian kedepan rumusan masalah dan objek penelitian dapat dispesifikasi pada objek yang berbeda dan pendekatan yang berbeda pula.
Selain itu, peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengajaran wacana bagi guru bahasa dan dimanfaatkan sebagal salah satu materi pelajaran atau perkuliahan guna pembinaan pengetahuan dan kepekaan siswa dan mahasiswa dalam menganalisis wacana media massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Dandi. 2003. Analisa Teks Berita Tentang Tragedi WTC Dan Pentagon
( Analisis semiotika berita utama di surat kabar Kompas dan Republika yang diduga bersikap menanamkan prasangka antar umat beragama periode 8—14 Oktober 2001). Diakses dari http://www.oke.or.id/?p= detail&id=42 pada 21/07/07
Alwasilah, A Chaedar. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Assegaf, Dja’far. 1985. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bonger, W.A. 1982. Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta: PT Pembangunan Ghalia Indonesia.
Brown, Gilian dan GeorgeYule. 1996. Analisis Wacana: Discourse Analisys. Terjemahan I Soetikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Darmanto, 2004. Membongkar Iideologi di balik Penulisan Berita dengan Analisa Framing(Makalah). Universitas Brawijaya: Fakultas teknik Jurusan teknik mesin. Diakses dari www.oke.or.id/tutorial/kapita.doc pada 21/7/2007
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Kohesi dalam Media Massa Cetak Bahasa Indonesia: Studi Kasus tentang Berita Utama dan Tajuk. Jakarta: Pusat Bahasa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
Eriyanto, 2005. Analisis Wacana. Diakses dari http://garis-cakrawala.blogspot.com/ 2005/11/analisis-wacana.html, pada 21/7/2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
http://www.ireyogya.org/adat/ workshop_sumselx4.htm
Institute For Research And Empowerment (IRE). 2003. Pemberdayaan Masyarakat Adat: Workshop IV Sumatera Selatan. Diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/01/kampus04.htm
Marpaung, Laden. 1996. Kejahatan terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya. Jakarta: Sinar Grafika.
Lubis, A Hamid Hasan. 1991. Kesatuan Bahasa yang Lengkap. Bandung: Angkasa.
Noval, As. “Analisis Wacana Teks di Sumatera Ekspres Edisi Januari—Maret 2003”. Skripsi S1. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.
Purnomo, M.E. 2006. “Analisis Wacana Kritis: Perspektif Baru dalam Analisis Wacana”. Puspa Ragam Bahasa dan Sastra Seuntai Karangan untuk Drs. H. Zainal Abidin Gaffar. Dalam Mukmin:Ed. Palembang: Unsri.
Purnomo, M.E. 2007. “Analisis Wacana Kritis terhadap Media Massa Cetak Terbitan Palembang”. Proposal PHK A2 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. FKIP Universitas Sriwijaya
Risnawati, Yun. 2006. Analisis Wacana Berita Kriminal terhadap Wanita Pada Sumatera Ekspres Periode September—Desember 2005: Kajian Stilistik. Skripsi S1. FKIP Universitas Sriwijaya.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sumatera Express, 5 April 2007.
Suriasumantri, J.S. 1978. Filsafat Ilmu: Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
van Dijk, T.A. 1998b. Summary of Discourse Categories. Diakses dari http://www.discourse-in-society.org/teun.html pada 4/3/2003
Widayanti, Ratna. 2005. Hiperbola dalam Berita Olah Raga harian Sumatera Ekspres Eidisi September 2004. Skripsi S1. FKIP Universitas Sriwijaya.
Wuryanta, AG Eka Wenat. wacana-media-massa-pertarungan.html. Diakses dari http://ekawenats.blogspot.com/2006/04/ pada 21/7/2007